Dipesan Turki 5,2 Juta Dosis, Prof Nidom: Vaksin Nusantara Bisa Jadi Solusi Tepat Pandemi Covid-19

- 21 Agustus 2021, 08:05 WIB
Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom.
Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom. /Tangkapan layar/

 

GALAMEDIA - Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom atau akrab disapa Prof Nidom sangat berharap Vaksin Nusantara adalah solusi yang tepat untuk Pandemi Covid-19, dan mungkin berguna untuk penyakit-penyakit lainnya.

Hal itu diungkapkannya pada video YouTube pada kanal Siti Fadilah Supari dikutip, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Dalam kesempatan itu, ia mengungkapkan, berdasarkan studi terbarunya menemukan banyak orang yang sudah divaksin lengkap justru tidak memiliki antibodi.

Dikatakan, pihaknya telah melakukan riset terhadap titer antibodi para tenaga kesehatan (nakes) yang sudah divaksin menggunakan vaksin konvensional.

“Ada tiga kelompok. Pertama, kelompok yang punya antibodi dan punya daya protektif atau imunitas. Ini bisa membunuh virus,” kata Prof Nidom saat berbincang-bincang dengan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Baca Juga: Usai Taliban Berkuasa, Warga Afghanistan Khawatirkan Jejak Digital Digunakan Untuk Melacaknya

Disebutkan, dari hasil studi yang dilakukan terhadap lebih dari 75 orang heteregon, ditemukan kelompok kedua yaitu punya antibodi, tapi tidak punya daya protektif dan ini bisa sakit lagi.

“Nah kelompok ketiga lebih cilaka, tidak punya antibodi dan daya protektif meskipun divaksin,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil penelitiannya itu, Prof Nidom meminta pemerintah untuk segera melakukan pendampingan terhadap orang-orang yang sudah divaksin.

“Jangan sampai dia (orang yang telah divaksin) sudah percaya diri, ternyata dari faktor (kelompok) kedua dan ketiga. Ini prosesntasinya terbesar,” katanya.

“Karena ini (program vaksinasi) tidak ada artinya kalau vaksin itu, sudah disuntik tapi tidak dikaji titer antibodi dan protektifitasnya,” ujarnya.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin ini pun melakukan uji Vaksin Nusantara dilakukan dengan kelompok yang dipimpin oleh wartawan senior Dahlan Iskan di Surabaya. Kelompok itu kemudian diambil serumnya 17 hari usai divaksin Nusantara.

"Hasilnya mencengangkan, seluruhnya punya daya protektif walaupun titer antibodi itu berada di garis minim. Bisa dibayangkan kalau vaksin konvensional pada 17 hari setelah vaksinasi tidak akan muncul apa-apa, semuanya. Harus lengkap, sementara Vaksin Nusantara sudah muncul protektivitas dalam waktu 17 hari," tuturnya.

Sehubungan hal itu, ia mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Vaksin Nusantara.

"Saya berharap inilah jalan keluar dari pandemi atau dari virus-virus yang tidak bisa didekati dengan vaksin konvensional. Bahkan, dengan Vaksin Nusantara, berbagai penyakit dapat diatasi seperti demam berdarah, HIV, Ebola," imbuhnya.

Ia pun mengungkapkan tidak ada kipi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) seperti yang disebutkan BPOM. "Orang yang disuntik Vaksin Nusantara tidak ada tuh, yang di Surabaya ga ada tuh, mereka malah aktif senam dan sebagainya," ujarnya.

Terakhir, Prof Nidom mengaku salut dengan Letjen (purn) Terawan Agus Putranto yang menggagas Vaksin Nusantara.

Baca Juga: Puji-puji Pemikiran Anis Matta, Rocky Gerung: Dulu Dikenal Radikal, Lho Kok Jadi Lain! Orang Jadi Kaget

"Saya terus terang salut dengan Pak Terawan yang mencetuskan ide itu, bisa membelokkan dendritik sel yang untuk kanker digunakan untuk infeksi (virus). Itu hebat benar," ujarnya.

Terkait hal itu, Siti Fadilah Supari pun menyayangkan kehadiran Vaksin Nusantara sempat 'dimusuhi' oleh sejumlah pihak. Ia khawatir karena tak diterima di dalam negeri, vaksin tersebut justru diserobot negara lain.

Prof Nidom pun tak menampik kemungkinan hal seperti itu bisa terjadi. Terlebih, ia mengungkapkan, Negara Turki sudah memasan 5,2 juta dosis untuk Vaksin Nusantara tersebut.

"Saya dengan katanya Turki sudah memesan sebanyak 5,2 juta dosis," ungkapnya.

Meski begitu, ia berjanji bakal terus melakukan penelitian. Ia pun bakal melihat hasil penelitian di RSPAD Gatot Soebroto.

"Tapi saya yakin, hasilnya tidak bakal jauh berbeda dengan penelitian di Surabaya dengan kelompoknya Pak Dahlan Iskan," ujarnya.***

 

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah