GALAMEDIA - Media sosial sempat heboh dengan beredarnya video pembongkaran salah satu tiang/pier kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam video yang beredar tersebut, tampak sebuah tiang atau pier kereta cepat Jakarta-Bandung itu sedang dirobohkan oleh tiga eskavator.
Selain itu, video pembongkaran tiang atau pier kereta cepat Jakarta-Bandung itu pun turut dibagikan oleh pegiat media sosial Nandang Burhanudin.
Melalui unggahan di akun Twitter miliknya, Nandang Burhanudin menilai bahwa pembongkaran tiang kereta cepat itu merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Seperti diketahui, pembongkaran salah satu tiang atau pier kereta cepat Jakarta-Bandung itu dilakukan setelah adanya intruksi dari quality PT KCIC dan konsultan supervisi CDJO.
Baca Juga: 6 Tips Berhubungan Intim Agar Cepat Hamil, Salah Satunya Tentukan Posisi dengan Pasangan
Pembongkaran itu dilakukan lantaran adanya pergeseran alignment yang menyebabkan tiang atau pier kereta cepat salah koordinat.
Sebelumnya, situs resmi PT Kereta Cepat Indonesia China menyebutkan beton-beton yang menopang lintasan KCJB tersebut dibangun dengan material kelas satu dan standar pengawasan mutu yang tinggi.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Dwiyana Slamet Riyadi selaku Presiden Direktur PT KCIC.
“Sebagai bagian dari kemajuan peradaban transportasi di Indonesia. Proyek KCJC dibangun pakai material nomor satu dan setiap prosesnya dikontrol dengan standar pengendalian mutu yang tinggi,” tegasnya.
Ia menjelaskan, standar mutu beton yang digunakan pada proyek KCJB tidak memakai standar mutu K dan FC (Mpa) yang umum digunakan di Indonesia, melainkan standar mutu C.
Baca Juga: Catat! Lokasi SIM Keliling Jakarta-Bogor-Bandung Hari Ini
Pada dasarnya, Dwiyana menjelaskan ketiga standar
mutu tersebut mampu menghasilkan kekuatan tekan pada beton yang baik.
Hanya saja, standar mutu C yang dipakai KCJB memiliki kelebihan yang cukup spesifik, terutama pada durability environment. Standar mutu C disebut memiliki keunggulan dalam hal spesifikasi Additive beton yang lebih menyesuaikan kondisi lingkungan.
“Beton pada konstruksi KCJB tidak pakai K dan FC (Mpa) tapi pakai standar mutu C. Pada dasarnya ketiga standar ini kekuatan tekannya sama. Tapi additive betonnya
lebih menyesuaikan kondisi lingkungan jadi lebih unggul pada durability environment,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dwiyana menekankan kalau seluruh konstruksi KCJB sudah memenuhi syarat untuk menjadi menggunakan High Performance Concrete (HPC). Adapun persyaratan tersebut antara lain harus memiliki kekuatan pada 4 jam lebih sama dengan 17,5 Mpa, pada 24 jam lebih sama dengan 35 Mpa.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Membahayakan Kesehatan, Cek HP Terus-terusan Salah Satunya!
Pada 28 hari lebih sama dengan 70 Mpa, faktor durabilitas lebih sama dengan 80% setelah 300 hari siklus
pembekuan dan pencairan, serta faktor air semen kurang sama dengan 0,35.
“Konstruksi beton KCJB memenuhi persyaratan kinerja sebagai High Performance Concrete. Beton sudah melewati berbagai uji kekuatan dan kualitas secara berkala. Material yang dipakai juga diseleksi secara ketat,” papar Dwiyana.
Tak cukup sampai di situ, Dwiyana menjabarkan kalau perbedaan dasar lainnya antara beton yang dipakai pada proyek KCJB dan konstruksi lainnya di Indonesia terletak pada concrete mix ratio. ***