Tagar itu muncul untuk pertama kalinya di Twitter pada 1 November — hampir dua minggu setelah artikel itu diterbitkan.
Beberapa postingan menyampaikan berita palsu dengan narasi memusuhi kepala negara, beberapa juga datang dari orang-orang yang sebaliknya, mencela penyebaran dan mempopulerkannya.
Baca Juga: Patut Diketahui! Ini 5 Buah yang Mujarab Atasi Demam
Diketahui, teori konspirasi ini muncul menjelang pemilihan presiden pada musim semi 2022 meskipun Macron belum secara resmi mengkonfirmasi dia akan kembali mencalonkan diri.
Ini bukan pertama kalinya pasangan Macron menjadi sasaran rumor yang mencampuradukkan gender dan orientasi seksual. Selama kampanye presiden 2017, Emmanuel Macron harus menyangkal tuduhan bahwa dia gay.
Infomersial transphobic bukanlah fenomena baru. Beberapa politisi perempuan telah menjadi sasaran mereka, seperti mantan Ibu Negara AS Michelle Obama, Wakil Presiden AS saat ini Kamala Harris dan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Strategi yang digunakan untuk menyebarkan desas-desus ini seringkali sama: interpretasi yang menyesatkan berdasarkan foto yang diperbesar pada bagian tubuh yang berbeda, dan penemuan sejarah tersembunyi.***