7 Pejuang Asing Dalam Perang Kemerdekaan Republik Indonesia, Milenial Wajib Tahu

- 17 Januari 2022, 21:34 WIB
Ilustrasi perang kemerdekaan.
Ilustrasi perang kemerdekaan. /Unsplash.com/Hasan Almasi

GALAMEDIA – Kemerdekaan yang kita dapat sekarang adalah rahmat dari Allah SWT yang harus kita syukuri.

Dalam perjuangan kemerdekaan, ternyata bukan hanya orang Indonesia saja yang berjuang, namun juga terdapat bangsa asing yang ikut membantu.

Dalam postingan yang diunggah akun Instagram @sayafatih pada 27 Oktober 2021, disebutkan mengenai 7 pejuang asing dalam perang kemerdekaan, diantaranya:

  1. Shigeru Uno

Adalah tentara jepang yang sangat memihak kepada Indonesia. Demi membela tanah air barunya itu, Shigeru harus kehilangan tangan kanannya akibat ledakan mortir.

Dan selama berjuang di wilayah Jawa Timur, dia menjadi buronan militer Belanda karena dinilai banyak merugikan mereka dengan segala aksi penyerangan pasukan yang dipimpinnya.

  1. Abdullah Sattar

Tak jelas benar, bagaimana awalnya lelaki asal India (bagian tersebut sekarang menjadi Pakistan) itu bergabung dengan kekuatan pasukan Republik di Medan.

Namun menurut jurnalis sejarah Muhammad TWH, Sattar membelot dari BIA (British India Army) dengan membawa puluhan anak buahnya dan persenjataan lengkap.

Oleh para petinggi tentara Republik di Medan, pasukan pembelot ini kemudian dibuat kompi tersendiri dalam Batalyon I.

Baca Juga: Urutan Penggunaan Skincare yang Benar, Perhatikan Jangan Sampai Salah!

  1. John Edward

Dia membelot ke pihak Republik pada 1946 dan bergabung dengan Batalyon B pimpinan Kapten Nip Xarim.

Beberapa waktu kemudian, pangkatnya dinaikkan menjadi kapten. Di kalangan gerilyawan Indonesia kawasan Sumatera, John Edward lebih dikenal sebagai Kapten Abdullah Inggris.

Setelah memperistri perempuan Pematang Siantar, John Edward lebih dikenal sebagai Kapten Abdullah Inggris.

Setelah memperistri perempuan Pematang Siantar, dia masuk islam dan berganti nama menjadi Abdullah Siregar.

John Edward meninggal di Pematang Siantar pada tahun 1956 sebagai orang biasa yang hidupnya sangat sederhana.

Baca Juga: Habib Kribo dan Gus Arya Jadi Pion Pengalihan Isu? Politisi Demokrat: Fokus pada Laporan Ubedilah Badrun!

  1. Besin

Besin adalah salah satu anggota Gurkha (pasukan bayaran Inggris asal Nepal). Dalam pertempuran di sekitar Cisokan Lama pada maret 1946, 4 prajurit Gurkha tertawan pasukan Republik.

Salah satunya Besin dari Batalyon Gurkha Rifles 3/3. Saat dilakukan tukar menukar tawanan, Besin menolak dikembalikan ke pasukannya.

Dia memilih untuk bergabung dengan pasukan Republik sebagai ajudan wedana Ciranjang.

Besin menikahi perempuan setempat dan menghabiskan masa senjanya berkeliling menjajakan bilik (bahan untuk dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu).

  1. Haji Poncken Princen

Tahun 1947 di tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan kemudian ditempatkan di Purwakarta, Jakarta, dan Bogor sebagai tentara Belanda.

Singkat cerita, tahun 1948 dia membelot menjadi pejuang Indonesia karena tidak suka melihat penindasan yang dilakukan bangsanya.

Selanjutnya dia tercatat aktif sebagai gerilyawan Republik yang berjuang di wilayah Cianjur dan Sukabumi pada 1949.

Militer Belanda terus memburunya dan mencoba untuk menghilangkan nyawanya, namun selalu gagal.

Baca Juga: Niat Serang Haruna Soemitro, Warganet Malah Nyasar ke Akun Partai Hanura: Pak Wiranto Buka IG Kena Serang

  1. Warner dan Losche

Mereka berdua adalah Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) yang pada 1945 ditawan tentara inggris di Jakarta, lalu “dibuang” ke Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.

Warner dan Losche yang merupakan awak Kapal Selam U-219, berhasil lolos dari neraka Onrust. Begitu sampai di daratan Jakarta, mereka bergabung dengan para gerilyawan Indonesia.

Warner dan Losche kemudian oleh Kolonel Zulkifli Lubis ditempatkan di Ambarawa selaku instruktur militer untuk pelatihan intelijen Republik Indonesia.

  1. Yang Chil Sung

Yang Chil Sung dikenal oleh masyarakat Wanaraja di Garut dengan nama Komaruddin. Sebagai pemuda Korea yang ikut tentara Jepang ke Indonesia.

Yang Chil Sung bersama pasukannya pada Maret 1946 terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Pangeran Papak (PPP).

Mereka kemudian tertawan dan menyatakan bergabung dengan kekuatan Laskar asal Garut tersebut.

Pada 25 Oktober 1948, bersama enam anggota PPP lainnya, Chil Sung berhasil diciduk militer Belanda di Parentas (Perbatasan Garut – Tasikmalaya). ***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah