Asal Muasal Nama Nusantara, yang Dijadikan Nama Ibu Kota Negara

- 20 Januari 2022, 22:13 WIB
 Wajah Nusantara, Ibu Kota Baru yang terletak di Kalimantan Timur./Pikiran - Rakyat.com
Wajah Nusantara, Ibu Kota Baru yang terletak di Kalimantan Timur./Pikiran - Rakyat.com /

GALAMEDIA – Guru Besar Hukum Laut dan Lingkungan Unpad St. Munadjat Danusaputro mengungkapkan kata Nusantara merupakan terjemahan dari kata Dwipantara (bahasa Sansekerta).

Kata Dwipantara ini bisa ditemukan dalam kitab Ramayana yang ditulis pada 300-415 masehi.

Dwipantara berarti kumpulan pulau yang terletak di antara muasa sungai Gangga dan pelabuhan di Cina.

"Dalam terjemahannya menjadi Nusantara. Artinya menunjukkan kumpulan pulau-pulau di luar Majapahit," kata Munadjat dikutip Galamedia dari infopublik.id.

Kata Nusantara ini juga bisa ditemukan dalam kitab Negarakertagama. Artinya pulau-pulau di luar Jawa. Dalam kitab karya Mpu Prapanca ini Nusantara juga disebut Sadwipantara, Degantara, dan digantara.

Baca Juga: Film Berbahasa Sunda Masuk Nominasi Terbaik Dunia di Tengah Heboh Arteria Dahlan Sewot ke Bahasa Sunda

Menurut Munadjat, kata Nusantara untuk pertama kalinya ditemukan dalam prasasti Penampihan. Prasasti yang disebut juga dengan prasasti Gunung Wilis ini dikeluarkan Kertanagara, raja terakhir Singhasari pada 1911 Saka atau 1269 Masehi.

Penyebutan prasasti Gunung Wilis ini mengacu pada tempat ditemukannya benda itu yakni di lereng Gunung Wilis, Jawa Timur.

Hal ini, kata Munadjat, bisa dilihat dari temuan JLA Brandes, ahli filologi, epigrafi, dan leksikografi Belanda.

Dalam prasasti itu tertulis, "ya, paranitijna, nusantaramadhuranathanklakarana..."

Artinya, "ya, ahli dalam politik luar negeri, bersahabat dengan raja-raja Madura dan Nusantara..."

Dalam literatur Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16), nama itu digunakan untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dipakai Kerajaan Majapahit.

Penegasan itu termuat dari naskah Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gadjah Mada saat ia diangkat menjadi Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Hadir di Pernikahan Vidi Aldiano, Anya Geraldine Harap Bisa Cepat Manyusul: Jangan Sama Suami Orang

Isi naskah yang diucapkan pada 1336 adalah sebagai berikut:

“Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”

Artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."

Secara morfologi, istilah ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno, yaitu Nusa (pulau) dan Antara (lain atau seberang). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pulau-pulau yang berada di luar pulau Jawa kala itu.

Nama itu sempat tenggelam setelah keruntuhan Majapahit. Namun nama itu kembali dimunculkan Ki Hajar Dewantara sekitar 1920-an.

Ia menggunakannya dalam rangka mencari alternatif dari negara merdeka setelah Hindia-Belanda selain “Indonesia” dan “Insulinde”.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah