GALAMEDIA - Fenomena Crazy Rich yang belakangan ini muncul tapi ternyata merupakan affiliator binary option, telah merugikan banyak orang dengan angka yang mencapai miliaran rupiah.
Dalam media sosialnya, seperti Instagram maupun TiTtok, para crazy rich ini kerap pamer kekayaan dan kemewahan, mulai dari mobil sport mewah, fesyen mahal dan branded, jam tangan dan lain sebagainya.
Dengan berbagai kesan gengsi dan kesuksesan yang dipamerkan dalam sosial media tersebut, tidak sedikit yang mengikutinya dengan mencoba ikut bermain trading atau binary option.
Sosiolog Universitas Padjajaran Bandung, Ari Ganjar mengatakan, banyaknya yang terjerumus dalam binary option atau trading tersebut, karena karekter milenial, terlebih generasi X dan Z yang ingin segala sesuatunya instan.
"Jadi berkembangnya fenomena ini, karena karakter generasi X dan Z yang ingin serba cepat dan instan, tanpa memperhatikan prosesnya," ungkapnya saat dihubungi via telepon seluler, Kota Bandung, Selasa, 15 Maret 2022.
Diakuinya fenomena crazy rich berkembang di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Medan, Surabaya, Bandung dan sejumlah daerah lainnya.
"Kemudian mereka pamer atau flexing di media sosial, artinya ini budaya materialisme yang ditandai oleh gemerlapnya materi," ujarnya.
Ari menjelaskan bahwa media sosial memiliki dua sisi, yakni sisi negatif dan sisi positif. Lebih jauh, para crazy rich yang memanfaatkan Instagram atau Tiktok sebagai ajang pamer, memang merupakan karakter dari media sosial tersebut.