Krisis Ekonomi Sri Langka Kian Memprihatinkan, Perdana Menteri: Kekurangan Pangan Mengancam

- 20 Mei 2022, 19:02 WIB
Rakyat Sri Langka Ngamuk, Bakar Rumah PM Rajapaksa dan Anggota Parlemen
Rakyat Sri Langka Ngamuk, Bakar Rumah PM Rajapaksa dan Anggota Parlemen /Ilustrasi/Pixabay

GALAMEDIA - Krisis ekonomi yang melanda Sri Langka sudah memasuki tahap menghancurkan. 

Bahkan, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memperingatkan ancaman kekurangan pangan yang bisa menimpa negara kepulauan tersebut.

Karena itu, pemerintah berjanji akan membeli cukup pupuk untuk musim tanam berikutnya guna meningkatkan panen.

Baca Juga: Blak-blakan ke Uya Kuya, Raffi Ahmad Mengaku Jadi Korban Penipuan Ratusan Juta Rupiah

"Meskipun mungkin tidak ada waktu untuk mendapatkan pupuk untuk musim Yala (Mei-Agustus) ini, langkah-langkah sedang diambil untuk memastikan stok yang cukup untuk musim Maha (September-Maret)," kata Wickremesinghe dalam sebuah pesan di Twitter  yang dikutip Galamedia dari Antara pada Jumat 20 Mei 2022.

"Saya dengan sungguh-sungguh mendesak semua orang untuk menerima gawatnya situasi,' tambahnya.

 Sebelumnya, Presiden Gotabaya Rajapaksa mengambil keputusan  pada April tahun lalu untuk melarang semua pupuk kimia secara drastis mengurangi hasil panen, dan meskipun pemerintah telah membatalkan larangan tersebut, tidak ada impor substansial yang dilakukan.

Baca Juga: Eks Juru Taktik Borussia Dortmund Tak Sabar Pimpin Latihan Persija

Rajapaksa menunjuk sembilan anggota baru ke kabinet pada Jumat, termasuk kementerian kesehatan, perdagangan, dan pariwisata.

Namun, dia tidak menyebutkan seorang menteri keuangan dan portofolio tersebut kemungkinan akan dipertahankan oleh Wickremesinghe.

Sri Lanka yang bergantung pada pariwisata menghadapi kekurangan devisa, bahan bakar, dan obat-obatan. Kegiatan ekonomi melambat bahkan merangkak.

Baca Juga: Raffi Ahmad Mengaku Hampir Setiap Hari Marahan Sama Gigi, Tanya ke Ustadz Soal Menikah Lagi

"Tidak ada gunanya berbicara tentang betapa sulitnya hidup ini," kata A.P.D. Sumanavathi, seorang wanita berusia 60 tahun yang menjual buah dan sayuran di pasar Pettah di Colombo.

"Saya tidak dapat memprediksi bagaimana keadaannya dalam dua bulan, pada tingkat ini kita bahkan mungkin tidak berada di sini."

Di dekatnya, antrean panjang terbentuk di depan sebuah toko yang menjual tabung gas untuk memasak, yang harganya melonjak hingga hampir 5.000 rupee (sekitar Rp944 ribu) dari 2.675 rupee (Rp505 ribu) pada April.

Baca Juga: Sinopsis & Link Nonton Shooting Star Episode 9. Oh Han Byeol Akan Memilih Gong Tae Sung atau Do Soo Hyuk?

“Hanya sekitar 200 tabung yang dikirim, padahal yang datang sekitar 500 orang,” kata Mohammad Shazly, sopir paruh waktu yang mengantre pada hari ketiga dengan harapan bisa memasak untuk keluarganya yang terdiri dari lima orang.

"Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan kita akan mati. Itu akan terjadi," kata dia.

Gubernur bank sentral mengatakan pada Kamis bahwa valuta asing telah diamankan dari pinjaman Bank Dunia dan pengiriman uang untuk membayar pengiriman bahan bakar dan gas untuk memasak, tetapi pasokan masih mengalir.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini 20 Mei 2022: Andin Mulai Cari Bukti Soal Kecelakaan

Inflasi bisa naik 40 persen dalam beberapa bulan ke depan tetapi sebagian besar didorong oleh tekanan sisi penawaran dan langkah-langkah oleh bank dan pemerintah sudah mengekang inflasi sisi permintaan, kata gubernur.

Inflasi mencapai 29,8 persen pada April dengan harga makanan naik 46,6 persen dibandingkan tahun lalu.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah