Teliti Kampung Adat Ciptagelar, Mahasiswa UPI Temukan Resiliensi Wujudkan Indonesia Jadi Poros Agraria Dunia

- 10 Juli 2022, 17:52 WIB
Ilustrasi: Teliti Kampung Adat Ciptagelar, Mahasiswa UPI Temukan Resiliensi Wujudkan Indonesia Jadi Poros Agraria Dunia.
Ilustrasi: Teliti Kampung Adat Ciptagelar, Mahasiswa UPI Temukan Resiliensi Wujudkan Indonesia Jadi Poros Agraria Dunia. /Humas UPI

GALAMEDIA - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) meneliti Seren Taun Leuit Si Jimat di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.

Tim berhasil menemukan resiliensi dalam Mewujudkan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia. Penelitian ini dilakukan oleh Gilang Arya Alghifari (ketua), Mia Desiany dan Trisha Fauziah Zahra (anggota).

Penelitian ini, dibimbing oleh Dosen Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Si dan berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH).

Baca Juga: Bacaan SURAT YASIN Lengkap 83 Ayat dengan Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia

Gilang Arya mengatakan berdasarkan data dari pusat statistik, jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya selama 10 tahun terakhir.

"Jika tren ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan pada 50 tahun mendatang Indonesia berpotensi kehilangan petani akibat krisis regerenasi petani," jelas Gilang dalam keterangan mediaya, Minggu, 10 Juli 2022.

Dikatakan, krisis petani ini berbanding terbalik dengan kondisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Indonesia vs Myanmar Piala AFF U-19 Gratis Tinggal Klik

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mahasiswa UPI mengangkat permasalahan pada regerenasi petani dengan menggaungkan kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat.

"Penelitian ini berupaya menjawab pada resiliensi dalam mewujudkan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia," jelasnya.

Menurutnya, penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang memiliki budaya lokal yang unik karena berpegang teguh pada filosofi “yang menanam yang akan bertahan” yang dimaknai sebagai rambu kewaspadaan untuk seluruh elemen kehidupan bangsa yang saat ini dihadapi oleh masalah krisis petani serta berbagai masalah pangan lainnya.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Timnas Indonesia U-19 vs Myanmar Mulai Kick Off Pukul 20.00 WIB

“Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangsih pemikiran mahasiswa terkait kajian tentang ethnoscience dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia dengan mengacu kepada nilai kearifan lokal,” ungkap Gilang.

Secara khusus, katanya tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna filosofi dari Seren Taun Leuit Si Jimat yang ada pada Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar terkait dengan menjawab krisis Petani.

Selain itu, mengetahui bentuk dari adaptasi krisis pangan dan petani di Kampung Kasepuhan Ciptagelar dengan berdasar kepada Seren Taun Leuit Si Jimat serta mengenalkan Seren Taun Leuit Si Jimat sebagai bentuk dari perwujudan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia.

Baca Juga: Waspada! Malam Hari Jabar Diguyur Hujan: Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat Minggu, 10 Juli 2022

Lebih lenjut, Gilang Arya Alghifari mengungkapkan manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan untuk menambah wawasan atau pengetahuan masyarakat luas terkait bentuk dari filosofi Seren Taun Leuit Si Jimat dalam meresiliensi program pemerintah menjadikan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan untuk memberikan jawaban atas krisis petani dengan berbasis kearifan lokal sunda yaitu mengacu pada Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.

Selama 3 bulan melakukan penelitian, para mahasiswa dan dosen pembimbing, mendapatkan hasil dan temuan penelitian pada aspek ekonomi dan aspek pendidikan.

Baca Juga: Sapi Kurban Mengamuk, Panitia Terpaksa Menyembelih di Selokan

Menurut Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing menjelaskan mahasiswa diarahkan untuk meneliti berbagai konseptualisasindari kearifan lokal masyarakat kampung adat (indiginous society).

"Sehingga kemampuan daya tahan masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi (economic security) menjadi mudah dan diterima karena dibangun dari tradisi yang ada," ujarnya.***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x