GALAMEDIANEWS - Baru-baru ini gempa bumi yang berkekuatan 7,8 magnitude mengguncang Turki dan Suriah yang menewaskan kurang lebih menewaskan 19.000 korban jiwa.
Tim seismolog dan ahli statistik di Northwestern University mengeluarkan model terbaru yang diklaim dapat memprediksi kapan dan di mana gempa besar berikutnya akan terjadi.
Model yang dikembangkan tersebut memperhitungkan urutan dan waktu spesifik gempa bumi sebelumnya daripada hanya mengandalkan waktu rata-rata antara gempa bumi sebelumnya. Metode ini menjelaskan mengapa gempa bumi cenderung datang berkelompok.
Baca Juga: 32 Aplikasi Android Berbahaya, Ada 3 Jenis Malware Bisa Curi data dan Pulsa
Tim seismolog dan ahli statistik menemukan patahan memiliki memori jangka panjang yang berarti gempa bumi tidak melepaskan semua goncangan yang terbentuk dari patahan dari waktu ke waktu, sehingga sebagian tetap ada setelah gempa besar dan menyebabkan gempa susulan lainnya.
Tim seismolog berasumsi bahwa gempa bumi besar relatif patahannya teratur dan gempa bumi susulan terjadi setelah waktu yang kira kira sama dengan gempa-gempa sebelumnya. Namun pada kenyataanya gempa bisa saja terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari prediksi.
Seth Stein, seorang Profesor Ilmu Bumi dan Planet William Deering menuturkan, mempertimbangkan sejarah gempa bumi lengkap, bukan hanya rata-rata dari waktu ke waktu dan sejak yang terakhir, akan banyak membantu kita dalam meramalkan kapan gempa bumi di masa depan akan terjad”.
Penelitian tim berfokus pada penyelidikan batas lempeng dan deformasi dalam litosfer menggunakan berbagai teknik, termasuk seismologi, geodesi berbasis ruang (mengukur geometri, gravitasi, dan orientasi spasial Bumi dan benda astronomi lainnya), dan geofisika laut.