“Jadi caranya kita harus punya pembenihan sendiri. Kalau label kuning tidak perlu lagi menyesuaikan karena itu sudah lingkungan awal. Kalau kita tanam di sini, penangkaran di sini, maka padi yang ditanam tidak perlu lagi menyesuaikan diri karena sudah habitatnya,” ucapnya.
Baca Juga: 6 Library Cafe di Bandung, Perpustakaan Milineal untuk Pecinta Buku
Kang Dedi mengatakan, hal itulah yang sejak dulu ia sebut dengan pembangunan berkarakter atau kini orang mengenal local wisdom. Sayangnya kini local wisdom hanya dipahami sebagai kesenian. Begitupun bicara budaya, orang selalu menonjolkan sisi seni. Padahal di balik itu banyak hal termasuk pertanian.
Usai dari kandang, Kang Dedi bersama Oleh menuju areal persawahan. Di sana Kang Dedi menunjukkan sawah yang dinamai padi dengan biru yang merupakan terendah. Hasilnya padi bisa tumbuh namun harus terus diberi stimulus, obat-obatan dan rawan penyakit. Dari sisi produksi pun rendah.
Untuk itu Kang Dedi kini tengah fokus mengembangkan benih lokal sendiri yang dinamakan Lembur Pakuan bersama Kades Sukasari Oleh Solihin yang memiliki basic pertanian bersama seorang stanya yang seorang sarjana pertanian.
Baca Juga: Hobi Bermain Game Online, 6 HP Gaming dengan Harga Miring