Dengan adanya hasil sidang isbat tersebut, maka dipastikan bahwa Lebaran 2023 pemerintah dengan Muhammadiyah berbeda. Karena Muhammadiyah sudah menetapkan terlebih dahulu bahwa 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat 21 April 2023.
“Kementerian Agama dalam menentukan awal bulan qomariyah khususnya Ramadhan, Syawal dan Idul Adha menggunakan mekanisme sidang isbat untuk bermusyawarah dengan pakar Falak, pakar Astronomi, wakil rakyat, Majelis Ulama Indonesia dan ormas-ormas Islam di seluruh Indonesia,” kata Yaqut lagi.
Lebih lanjut ia menjelaskan bawha dasar musyawarah dari sidang isbat adalah berdasarkan pada hasil hisab dan rukyat yang telah dilaksanakan oleh tim hisab dan rukyat Kementerian Agama RI serta telah dikonfirmasi sejumlah petugas Kementerian Agama di daerah yang ditempatkan pada 123 titik di seluruh Indonesia.
“Tadi sidang isbat kita agak tertunda sebentar karena menunggu hasil laporan dari Aceh. Kita lanjut lagi setelah hasil dari Aceh masuk,” kata Yaqut.
Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia bersama dengan negara-negara ASEAN masuk dalam anggota MABIMS atau Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Dan tahun 2021 lalu MABIMS telah menyepakati kriteria visibilitas hilal atau yang dikenal dengan imkan nur rukyat, yaitu tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
“Kesepakatan ini, menjadi pedoman di empat negara dan sudah sangat moderat. Oleh karena itu, berdasarkan hisab posisi hilal seluruh Indonesia sudah di atas ufuk dan tidak memenuhi kriteria MABIMS baru, serta ketiadaan laporan melihat hilal,” ujar Yaqut menegaskan.