Aktivis HAM Mendorong Penyelidikan Terkait Penjualan Senjata Indonesia ke Kudeta Myanmar

- 4 Oktober 2023, 07:00 WIB
Kelompok besar memegang tanda protes menentang kudeta militer Myanmar, menghadapinya dengan semangat bersatu di tengah pandemi
Kelompok besar memegang tanda protes menentang kudeta militer Myanmar, menghadapinya dengan semangat bersatu di tengah pandemi /Pyae Sone Htun/unsplash/

Aktivis-aktivis ini mengklaim bahwa Myanmar telah membeli berbagai jenis senjata dari perusahaan-perusahaan Indonesia, termasuk pistol, senapan serbu, dan kendaraan tempur.

Sebagai Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Indonesia telah berupaya, meskipun dengan sedikit tanda-tanda keberhasilan, untuk berkomunikasi dengan militer Myanmar dan pihak oposisi dengan harapan memfasilitasi dialog.

Pada masa kudeta militer tersebut, Indonesia memberikan suara mendukung Resolusi Majelis Umum PBB yang menghimbau "semua negara anggota PBB untuk mencegah aliran senjata ke Myanmar."

Baca Juga: KTT ASEAN, Dipimpin oleh Presiden Jokowi, Membahas Tindak Lanjut Implementasi Five Point Consensus di Myanmar

 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa mereka sedang mempelajari keluhan ini, sedangkan juru bicara Kementerian Pertahanan tidak memberikan tanggapan terkait permintaan komentar.

Marzuki Darusman mengatakan bahwa Komnas HAM memiliki kewajiban untuk menyelidiki tuduhan ini mengingat perusahaan-perusahaan milik negara tunduk pada kendali dan pengawasan pemerintah.

Menurut laporan Special Rapporteur PBB untuk Myanmar pada bulan Mei, militer Myanmar telah mengimpor senjata senilai setidaknya Rp14 triliun sejak kudeta, sebagian besar berasal dari Rusia, China, Singapura, Thailand, dan India.

Baca Juga: Jokowi Sebut Isu Myanmar yang Dikudeta Tidak Boleh Jadi Penghalang Percepatan Pembangunan Komunitas ASEAN

Halaman:

Editor: Feby Syarifah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah