GALAMEDIANEWS - Di era di mana media sosial telah menjadi platform kuat untuk berbagi cerita, mengungkapkan pendapat, dan terhubung dengan audiens global, pembuat konten Palestina menghadapi serangkaian tantangan yang mengancam kemampuan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia.
Artikel ini menggali kesulitan yang dihadapi oleh individu-individu ini, mulai dari sensor konten hingga masalah yang terkait dengan jangkauan audiens dan konteks politik yang lebih luas.
Baca Juga: Dukungan Gibran Rakabuming Raka jadi Bakal Cawapres 2024 Datang dari Ribuan Warga Bandung Raya
Membungkam Suara Palestina
Jurnalis Palestina Faton Alwan membagikan pengalamannya menghadapi berbagai hambatan di platform media sosial populer. Dia menyoroti bagaimana akun Tik Tok-nya telah diblokir beberapa kali, dan prosesnya berlangsung dengan sangat cepat.
Dia mengungkapkan kefrustrasiannya ketika akun Tik Tok barunya dihapus hanya dalam waktu tiga detik. Di Instagram, dia dilarang untuk melakukan siaran langsung karena melanggar pedoman platform, sering kali mempertanyakan bagaimana pelaporan berita bisa melanggar standar komunitas.
Faton menekankan bahwa beberapa berita, seperti situasi yang sedang berlangsung di tanah Palestina, penting untuk disorot, meskipun membuat pihak tertentu merasa tidak nyaman.
Baca Juga: Daftar 10 Nama-nama Karakter di Anime Oshi no Ko, Ada Ai Hoshino hingga Kana Arima
Disparitas Sensor
Organisasi, yang memantau sensor konten Palestina, telah mengidentifikasi masalah yang signifikan.
Dalam seminggu terakhir, mereka mendeteksi lebih dari 35.000 posting dalam bahasa Ibrani yang mempromosikan berita palsu, hasutan, dan ujaran kebencian. Fakta yang mengkhawatirkan adalah bahwa meta, perusahaan di balik Facebook dan Instagram, tidak menyensor konten dalam bahasa Ibrani dengan ketat seperti konten dalam bahasa Arab.