30 TPA Kebakaran Selama 2023, Otomatisasi Ritel Kurangi Masalah Sampah dan Limbah Makanan

- 13 Maret 2024, 18:30 WIB
Kebakaran melanda kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang./PMJNews
Kebakaran melanda kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang./PMJNews /

 

GALAMEDIANEWS - Otomatisasi ritel dapat membantu mengurangi permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan limbah makanan yang belum terkelola dengan baik di Indonesia.

Sales Director Relex Solutions Onni Rautio mengakui bahwa konsumen perlu lebih cerdas dalam mengonsumsi makanan untuk mengatasi masalah sampah yang semakin mengkhawatirkan.

Namun para peritel dapat memanfaatkan otomatisasi sistem agar dapat turut berkontribusi dalam mengurangi sampah makanan dan mengurangi masalah tempat pembuangan sampah di Indonesia.

Hingga saat ini, Onni menilai banyak sampah yang ditampung sudah melebihi kapasitas. Kondisi itu menyebabkan setidaknya 30 TPA mengalami kebakaran di sepanjang tahun 2023.

Selain itu, sekitar 70 persen dari total sampah yang ditimbun di TPA merupakan sampah organik terutama berasal dari makanan yang jumlahnya mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun.

Ketika stok persediaan melebihi permintaan, terutama bahan makanan segar, peritel menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengelola limbah, yang dapat mengakibatkan penurunan harga atau pembusukan.

Melihat permasalahan tersebut, ia menilai jika para peritel melakukan otomatisasi secara efektif maka dapat mencegah kelebihan stok dan memprediksi permintaan secara akurat. Selain itu, otomatisasi juga akan membantu peritel untuk menyederhanakan pengelolaan persediaan agar lebih efisien, mengoptimalkan proses pemesanan, serta meminimalkan melakukan penanganan secara manual.

Baca Juga: Bikin Tajir! Sampah Sekarang Dapat Diekstraksi Menjadi Emas, Bagaimana Hal ini Bisa Terjadi?

Terlebih upaya itu sejalan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.75 Tahun 2019 yang menetapkan peta jalan pengurangan sampah, yang mewajibkan produsen di sektor manufaktur, ritel, serta jasa makanan dan minuman untuk mengurangi sampah dari produk, wadah, dan/atau kemasan.

Onni menjelaskan otomatisasi ritel dalam mengurangi limbah makanan dapat membantu peritel untuk memprediksi permintaan konsumen, menyesuaikan tingkat persediaan, dan memastikan tingkat stok sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Kemudian membantu pelacakan tanggal kedaluwarsa otomatis yang dapat meningkatkan pengelolaan persediaan dengan merotasi stok secara efektif dan akurat melacak serta mengelola masa simpan produk untuk mengurangi kemungkinan kelebihan stok dan secara bertahap mencegah produk kedaluwarsa terbuang percuma.

Di sisi lain, otomatisasi ritel juga berguna dalam sistem pengelolaan persediaan pintar, yang memiliki fitur peringatan otomatis untuk tiap produk yang memiliki tingkat persediaan rendah, penundaan pengiriman untuk produk yang masih tersedia, dan apabila terjadi kelebihan stok.

Baca Juga: Minim Sampah, Pernikahan Ramah Lingkungan Musisi Iksan Skuter dan Bukhi Prima Putri Masih Menginspirasi!

Sistem ini memantau dan menganalisis data persediaan untuk mengidentifikasi barang yang jarang terjual atau yang sudah kedaluwarsa, menggunakan perangkat lunak pelacakan otomatis untuk memastikan persediaan secara akurat.

"Menerapkan solusi otomatisasi ritel di Indonesia dapat memberikan beberapa manfaat bagi lingkungan. Selain mengurangi limbah makanan, otomatisasi secara signifikan dapat membantu mengurangi konsumsi energi dan mengoptimalkan rute transportasi untuk menurunkan emisi,” ujar Onni Rautio.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah