Nilai Ekspor Prov. jabar Menurun Akibat Banyaknya Hari Libur
Lebih jauh, saat ditanya soal menurunnya nilai ekspor dari Prov. Jabar, Yuke mengatakan walaupun nilai ekspor menurun, namun secara umum perekonomian masih bisa terjaga. Penurunan itu lebih disebabkan oleh timing, kaena sekarang mulai masuk ke pertengahan tahun.
"Selain itu, banyaknya hari-hari libur yang panjang juga bisa saja menurunkan produktivitas. Kan semua dari kita tahu yaa ada banyak libur panjang Lebaran. Meskipun produksi tetap berjalan, namun secara kuantitas ada penurunan produksi. Jadi ini hanya masaah timing saja dan bukan karena masalah-masalah lain," ujar Yuke
Sementara itu, Marsudijono menambahkan, faktor situasi ekonomi global yang tidak menentu juga memang harus diwaspadai. terutama berkaitan dengan terjadinya perang dagang antara Amerika dengan China. "Jadi, yang berantem mereka, sedangkan dampaknya ke seluruh dunia. namun yang penting ekonomi masih aman dan baiklah," ujarnya.
Baca Juga: 7 Wisata Alam Jawa Barat yang Telah Mendunia, Berikut Keunggulan dan Keunikannya Masing-Masing
Pada Mei 2024, Provinsi Jabar Alami Deflasi (m-to-m) Sebesar 0,12 Persen
Dari data yang tersaji dalam kegiatan BPS tersebut, telah dilakukan survey terhadap hal-hal sebagai berikut;
- Perkembangan Indeks Harga Konsumen (Inflasi)
- Perkembangan Nilai Tukar Petani, Harga Gabah, dan Harga Beras
- Perkembangan Pariwisata
- Perkembangan Ekspor-Impor
- Perkembangan Transportasi.
Dari hasil survey terhadap Perkembangan Indeks Harga Konsumen (Inflasi), disebutkan bahwasannya;
- Pada Mei 2024, Provinsi Jawa Barat mengalami deflasi (m-to-m) sebesar 0,12%. Deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Subang sebesar 0,52%, dan terendah terjadi di Kabupaten Bandung dan Kota Bogor sebesar 0,02%.
- Deflasi (m-to-m) di antaranya dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas beras, daging ayam ras, angkutan antar kota, cabai rawit, dan tarif kereta api. Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi di antaranya emas perhiasan, sigaret kretek mesin, bawang merah, telur ayam ras, dan kontrak rumah.
- Inflasi tahun ke tahun (y-on-y) Mei 2024 mencapai 2,78%. Penyumbang utama inflasi y-o-y di antaranya; komoditas beras, emas perhiasan, daging ayam ras, sigaret kretek mesin, dan bawang putih. Inflasi y-on-y di Kota Bekasi merupakan yang tertinggi di Jawa Barat (3,21 persen), sedangkan yang terendah di Kota Cirebon (1,97 persen).
- Inflasi tahun kalender (y-to-d) Mei 2024 mencapai 1,15%. Inflasi tertinggi di Kota Bekasi (1,51%), dan terendah di Kab. Subang (0,06%).***