Taubat Hakiki untuk Menangani Pandemi Covid-19

2 Oktober 2020, 08:24 WIB
Calon anggota Pramuka Garuda Kwarcab Subang sedang melaksanakan sholat gaib dilanjut doa bersama.* /DALLY KARDILAN/PR/

GALAMEDIA - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia akhir-akhir ini terlihat semakin mengerikan. Bahkan, setelah diterapkan New Normal, alih-alih penyebarannya semakin landai, malah peningkatan kasusnya meningkat tajam. Hal ini, mengakibatkan banyaknya korban yang terus berjatuhan. Alhasil, dampak pandemi semakin parah, tidak hanya dalam aspek kesehatan, problem-problem ekonomi dan sosial pun makin berkelindan. Bahkan, resesi ekonomi global bukan lagi jadi ancaman, tapi sudah menjadi kenyataan.

Dalam acara pembukaan Muktamar Muktamar IV PP Parmusi tahun 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu 26 September 2020 lalu, Presiden Joko Widodo menyerukan masyarakat untuk selalu mengingat Allah SWT di tengah pandemi Covid-19. Presiden juga mengingatkan masyarakat untuk tidak melupakan dzikir, istighfar, taubat kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Pun, beliau juga berharap masyarakat memperbanyak sedekah. Sebab, banyak orang yang keadaannya sulit di tengah pandemi (merdeka.com, 26/09/2020).

Baca Juga: iPhone SE Mulai Dijual Hari Ini di Indonesia, Berikut Harganya

Selain itu, Jokowi menyebut pandemi Covid-19 telah menyebabkan perlambatan ekonomi dunia. Sehingga, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Selanjutnya, beliau juga mengajak masyarakat untuk tidak menyerah dengan keadaan, dan berikhtiar dengan sekuat tenaga untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, sekaligus membantu saudara-saudara yang lain agar tidak semakin terpuruk karena kesulitan ekonomi (nasional.kompas.com, 26/09/2020).

Dalam menghadapi musibah, kita memang dianjurkan untuk bertaubat dan ridho terhadap apapun yang Allah tetapkan kepada kita. Seperti halnya pandemi ini, seyogianya menjadikan kita introspeksi. Karena, bisa jadi musibah yang terjadi saat ini disebabkan dosa-dosa / kesalahan kita.

Baca Juga: Hari Batik Nasional: Ini Dia Daftar Aplikasi Edukasi dan Game Batik

Hal ini, seperti yang tercantum dalam firmannya dalam surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). “

Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan adanya pandemi ini bisa jadi disebabkan oleh ulah tangan manusia yang melanggar aturan Allah. Sebagaimana diketahui, pandemi ini berasal dari negeri yang menghalalkan berbagai makanan yang dilarang oleh Allah dan mengkonsumsinya secara bebas. Sehingga, hal ini menjadi bibit terjadinya pandemi.

Taubat Sempurna untuk Menangani Wabah
Islam merupakan agama yang lengkap dan paripurna. Dalam setiap permasalahan, islam selalu memiliki solusi jitu untuk menyelesaikannya, termasuk dalam menangani wabah dan krisis yang dahsyat sekalipun. Islam mengajarkan bertaubat untuk mengatasi wabah sebagai bagian dari ketaatan total. Maka bukan taubat saja yang harus dijalankan, namun seluruh perintah syariat dalam mengatasi wabah.

Baca Juga: Di Hari Batik Nasional, Inggrid Kansil Sentil Pemerintah yang Hanya Memesan Batik Cetak untuk Seraga

Siapa pun paham, wabah tak akan menyebar dengan cepat jika sejak awal area wabah segera diisolasi. Begitu pun dengan pintu-pintu penyebarannya, baik di negara atau wilayah asal maupun di wilayah penularan, semuanya juga harus segera dikunci.

Strategi ini dalam Islam justru merupakan tuntunan syar’i. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasukinya, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu ada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

Tentu, hal ini dilakukan dengan dibarengi jaminan pemenuhan semua kebutuhan pokok secara langsung termasuk kebutuhan pokok individu seperti pangan, perumahan, dan pakaian. Semua itu akan membuat pemutusan rantai penularan yang efektif sehingga wabah tidak meluas dan segera berakhir. Selanjutnya, negara juga wajib men-support fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, obat-obatan, alat test, vaksin, dan lain-lain.

Baca Juga: Hari Batik Nasional: Setelah Ditetapkan UNESCO Menjadi Warisan Dunia Ini Sedikit Polemik Soal Batik

Demikian pula, negara tak boleh membahayakan jiwa dan membiarkan masyarakat mandiri secara ekonomi, ketika resiko penularan masih tinggi. Karena, dalam sistem islam, negara akan memisahkan daerah yang terkena wabah dengan yang tidak. Daerah yang terkena wabah dianjurkan untuk mengisolasi diri. Pun yang akan memasukinya tidak diperbolehkan.

Sementara, daerah yang bukan daerah wabah bisa melanjutkan aktivitasnya tanpa harus mengurung diri di rumahnya. Sehingga, hal ini mengakibatkan roda perekonomian tetap berjalan tanpa harus menimbulkan problem baru yaitu kemerosotan di bidang ekonomi.

Keteladan Khalifah dalam Menghadapi Masa Krisis
Dalam buku The Great Leader of Umar bin Khathab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa pada tahun 18 H, orang-orang di Jazirah Arab pernah mengalami krisis ekonomi yang hebat dan kemarau panjang. Sehingga, terjadi kelaparan massal, orang-orang sakit tak terhitung, roda perkonomian terseok-seok.

Baca Juga: Terbaru, Harga Emas Hari Ini, Jumat 2 Oktober 2020. Harga Emas Antam Hari Ini Banyak yang Turun Lho

Adapun hal-hal yang dilakukan Khalifah Umar dalam menghadapi krisis adalah :
Pertama, Hidup sederhana dan memenuhi kebutuhan makan seadanya. Bahkan, saat itu Khalifah makan makanan yang setara dengan orang paling miskin. Diceritakan pada saat terjadi kemarau panjang, Khalifah hanya memakan sepotong roti dan minyak setiap hari.

Kedua, Khalifah Umar langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Karena, yang tertimpa kelaparan jumlahnya mencapai 70.000 orang . Bahkan, orang yang sakit dan memerlukan bantuan mencapai 4000 orang. Selain itu, tak berapa lama datang pula 60.000 orang dari luar madinah meminta bantuan kepada Khalifah. Kemudian, dengan sigap khalifah pun langsung mengantarkan bahan makanan dan pakaian untuk mereka.

Baca Juga: Kini Indonesia Resmi Memiliki Apoteker Spesialis Farmasi Nuklir

Ketiga, Semakin mendekatkan diri dan meminta pertolongan Allah SWT. Khalifah juga langsung memimpin taubatan nasûhâ. Karena, bisa jadi bencana/krisis yang ada akibat kesalahan-kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh Khalifah dan atau masyarakatnya. Selanjutnya, Khalifah menyerukan taubat serta meminta ampun kepada Allah agar bencana segera berlalu.

Keempat, Tatkala menghadapi situasi sulit, Khalifah Umar bin Khaththab meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan. Kemudian, Gubernur Mesir Amru bin al-Ash, mengirim seribu unta yang membawa tepung melalui jalan darat dan mengirim dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada Khalifah Umar.

Demikianlah gambaran penyelasaian wabah dan krisis yang pernah dicontohkan dalam islam. Sedangkan, taubat bukan merupakan satu-satunya jalan untuk keluar dan mengakhiri wabah ini, karena taubat hanyalah satu bagian dari solusi ditawarkan oleh islam. Alhasil, yang dibutuhkan adalah penerapan hukum islam secara total agar pandemi ini segera berakhir sehingga krisis berkepanjangan bisa segera diatasi.
Wallahu a’lam bii showwab

Baca Juga: Lokasi Mobil SIM Keliling Bandung, Jumat 2 Oktober 2020

Penulis : Renita
Warga Soreang Kabupaten Bandung

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler