Soekarno, Soekarnoisme dan KeIndonesiaan

- 7 Juni 2023, 13:07 WIB
Abdy Yuhana./ist
Abdy Yuhana./ist /

 

Penulis:
Abdy Yuhana
- Sekjen DPP PA GMNI
- Penulis Buku Rute Indonesia Raya

DALAM sebuah perbincangan yang hangat di masjid Nabawi Madinah Arab Saudi beberapa waktu lalu, saya berdialog dengan warga negara Sudan. Begitu kagetnya setelah memperkenalkan bahwa saya dari Indonesia, orang Sudan tersebut langsung mengucapkan Soekarno, dan Asia Afrika.

Sontak saya langsung terharu sekaligus bangga karena Bung Karno 'milik' dunia. Selama ini saya hanya mendengar testimoni oleh warga dunia tentang Bung Karno dari orang lain, ternyata saya langsung mendengarkan sendiri.

Di bulan Juni ini terasa lengkap jika bangsa Indonesia memotret sekaligus memfigura yang kemudian menjadi legacy tentang perjalanan kehidupan Bapak Bangsa Indonesia yaitu Soekarmo yang lebih familiar dipanggil dengan Bung Karno.

Sederet angka menjadi tanggal yang penting ketika menjelaskan tentang figur Bung Karno. Dimulai dari tanggal 1 Juni dimana Bung Karno berpidato dalam sidang BPUPKI yang menjawab keinginan peserta sidang untuk membicarakan tentang dasar negara Indonesia dengan mengusulkan tentang Pancasila.

Dan hari ini, tanggal 6 Juni merupakan hari lahirnya Bung Karno dan 21 Juni wafatnya. Bung Karno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, dengan nama Koesno. Berdasarkan sejarah lahirnya itulah Bung Karno di juluki Putra Sang Fajar, "ketika aku lahir, saat itu bukan hanya awal dari hari yang baru, tetapi juga awal dari abad yang baru. Aku dilahirkan pada 1901."

Ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang bangsawan Jawa, seorang guru dan penganut theosofi. Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai bangsawan kerajaan Singaraja, Bali. Hubungan Bung Karno dan ibunya sangat dekat. Pendidikan dari ibunya menekankan pentingnya budi pekerti dan jiwa kesatria dalam para tokoh cerita pewayangan, yang lekat dengan perjuangan hak-hak rakyat tertindas.

Dari kisah pewayangan itu, kesadaran dan semangat perjuangan Bung Karno untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan terbentuk. Dari ayahnya, Bung Karno mendapatkan pembelajaran tentang karakter, keterbukaan, kecintaan pada alam dan pemahaman terhadap nilai keutamaan tat twam asi, tat twam asi yang artinya Dia adalah aku dan aku adalah dia; engaku adalah aku dan aku adalah engkau, yang melandasi kuatnya komitmen Bung Karno untuk melindungi mahkluk Tuhan.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x