Betapa Sulitnya Membendung Penggunaan 'Bahasa Kasar' di Kalangan Pelajar

- 27 Juli 2023, 13:26 WIB
Ilustrasi.  Betapa Sulitnya Membendung Penggunaan 'Bahasa Kasar' di Kalangan Pelajar./ist
Ilustrasi. Betapa Sulitnya Membendung Penggunaan 'Bahasa Kasar' di Kalangan Pelajar./ist /

GALAMEDIANEWS - Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi interaksi sosial kemasyarakatan. Dengan hadirnya penggunaan bahasa yang baik di dalam komunikasi sosial maka dapat dinyatakan bahwa segala sesuatu yang hendak disampaikan melalui Komunikasi itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan peruntukan dari penggunaan bahasa itu sendiri.

Baik itu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ataupun bahasa daerah atau yang biasa disebut dengan bahasa Ibu memiliki peranan strategis dalam membangun pendidikan karakter pada anak-anak generasi yang akan datang.

Dengan hadirnya bahasa yang komunikatif, sesuai dengan standarisasi yang baik, maka bahasa itu sejatinya akan menjadi jembatan yang baik pula dalam menghubungkan berbagai macam kepentingan yang dapat dikomunikasikan melalui keberadaan bahasa itu.

Rahmat Supihat./dok. pribadi
Rahmat Supihat./dok. pribadi

Baca Juga: Tergiur Omzet Lebih Fantastis, dr. Richard Lee Bikin Heboh Lebih Pilih Pindah Lapak Live Streaming ke Shopee

Kecenderungan penggunaan bahasa daerah yang semestinya sampai saat ini semakin tergerus dengan keberadaan bahasa lain dengan multidimensi permasalahannya dan sangat memungkinkan keberadaan bahasa daerah akan semakin terpinggirkan.

Selain itu keprihatinan dengan adanya penggunaan bahasa daerah yang selama ini hampir keluar dari kaidah-kaidah semestinya menjadi tantangan tersendiri bagi banyak pihak.

Perlu upaya untuk menggali berbagai kemungkinan yang harus direalisasikan dalam rangka mengembangkan potensi berbahasa yang baik dan benar di kalangan para pelajar khususnya dan para anak-anak umumnya sehingga penggunaan bahasa daerah yang jauh dari kaidah-kaidah nilai baik termasuk penggunaan bahasa kasar dapat dicarikan solusinya.

Sudah menjadi rahasia umum manakala penggunaan bahasa kasar di kalangan masyarakat anak-anak khususnya menjadi yang sangat mengkhawatirkan mengingat kita begitu sangat familiar dengan bahasa kasar yang keluar dari mulut anak-anak termasuk pelajar secara umum.

Seolah-olah penggunaan bahasa kasar ini menjadi sesuatu yang legal dan dimaklumi secara publik. Selain itu proses degradasi penggunaan bahasa yang baik hampir tanpa ada solusi yang mengikutinya.

Baca Juga: Japan Open 2023: Bagas/Fikri Tergelincir dari Tangan Aaron Chia/Soh Wooi Yik dalam Babak 16 Besar!

Padahal keberadaan bahasa sebagai sesuatu produk budaya yang luhur dalam hal ini yang berhubungan dengan keberadaan budaya baik sebuah warga negara di dalam sebuah otoritas wilayah yang ada.

Keluarga memegang peranan yang sangat strategis di dalam rangka menghadirkan sebuah penggunaan bahasa yang baik dan benar termasuk menjadi ruang untuk merawat keberadaan bahasa daerah.

Keluarga menjadi benteng yang terdepan dalam regenerasi berbahasa yang baik termasuk bahasa daerah/bahasa ibu.

Penggunaan bahasa daerah yang baik dan benar akan menjadi benteng untuk menghadang kepunahan bahasa daerah sebagai bahasa ibu terutama berhubungan dengan nilai-nilai luhur penggunaan bahasa itu sendiri.

Terkadang pihak keluarga dalam hal ini orang tua tidak berani ambil risiko untuk menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, hal ini dikarenakan kekhawatiran anak-anaknya menggunakan bahasa daerah yang kasar sehingga menggunakan bahasa nasional menjadi pilihan. Hal ini sangat beralasan namun tetap bukan menjadi solusi.

Sekuat apapun keluarga membentengi anak-anaknya agar tidak menggunakan bahasa daerah yang kasar sebagai bahasa komunikasi sehari-hari tetap saja pada kenyataannya tidak bisa mempertahankan gempuran penetrasi pengaruh masyarakat/lingkungan dalam mendampingi bahasa anak jauh lebih kuat.

Baca Juga: Gelar Event Pocari Sweat Run Indonesia 2023: Simak Jadwal, Titik Kumpul, dan Lokasi Parkir Peserta  

Pada akhirnya kemunculan penggunaan bahasa daerah yang kasar tetap hadir pada diri anak tersebut.

Sekolah sebagai sebuah institusi pelayanan pendidikan termasuk penggunaan bahasa yang baik dan benar pun sepertinya tidak mampu berbuat banyak untuk menghadirkan budaya berbicara yang baik tersebut dan pada akhirnya penggunaan bahasa daerah yang kasar sepertinya akan menjadi sebuah kondisi yang harus dimaklumi bersama.

Tak jauhnya seperti legalisasi secara tidak langsung terhadap penggunaan bahasa daerah yang kasar. Sangat prihatin.***

Penulis :
Rahmat Suprihat, S.Pd
Aktivis Pendidikan Kota Bandung

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah