Menakar Efektivitas Peminjaman Gawai dan Kuota Gratis untuk Siswa

- 9 September 2020, 16:47 WIB
/

Karena jika sulit ekonomi demi membeli pulsa/kuota data ini (dibiarkan) berkepanjangan, justru sangat mungkin menurunkan kualitas SDM anak-anak masa usia sekolah. Di samping itu, bukankah dana pemerintah untuk penanggulangan Covid-19 memang lumayan besar? Apakah dana tersebut hanya terkonsentrasi untuk sektor kesehatan?

Boleh saja anggaran besar digelontorkan untuk sektor kesehatan demi mengatasi pandemi. Negara memang wajib untuk itu. Hanya saja, sektor lain tidak boleh diabaikan, terlebih banyak dana lain yang bisa dialihkan ke sektor yang lebih utama, yakni pendidikan ini.

Baca Juga: Gubernur Jabar Minta Setiap Daerah Contoh Kota Bogor yang Berlakukan Jam Malam dan PSBM

Namun demikian, sekolah daring menghadapi dilema. Di satu sisi begitu banyak keluarga yang ekonominya jatuh. Mereka korban PHK, dirumahkan, bisnis sepi, dan lain sebagainya. Di sisi lain, mereka ternyata harus memperjuangkan kocek untuk anggaran lain demi sekolah putra-putrinya. Untuk membeli pulsa/kuota internet, misalnya.

Dana BOS yang diklaim Pak Menteri akan meng-cover proses pembelajaran daring ini, nyatanya tak semulus yang dijanjikan. Masyarakat, yang mayoritas kalangan ekonominya mendadak jadi menengah ke bawah di tengah pandemi, tetap harus berjaga-jaga. Siap-siap dana lebih. Selain untuk mengisi perut, pun agar sekolah bisa berlangsung.

Tak jarang, mereka harus bertaruh, beli beras atau kuota internet. Itu pun belum tentu sinyal internet lancar di wilayah tempat tinggal mereka, bahkan meski menggunakan WiFi. Bagaimanapun, sinyal internet seringkali masih ruwet dalam pertarungan lalu lintas antara 3G dan 4G. Belum termasuk sinyal 5G yang turut menjadi penyelia seluler.

Baca Juga: Kolaborasi Kebaikan untuk Gerakkan Ekonomi Indonesia

Sungguh tak sedikit kisah ironis, dramatis, hingga prihatin, yang diberitakan di sejumlah media tentang hal ini. Di antara mereka ada yang harus belajar daring di pinggir jalan raya, di atas pohon, kebun, pinggir tebing/jurang, dan lokasi lain yang sebenarnya sama-sama tidak kondusif untuk belajar. Pun tak sedikit anak didik yang mencoba menambah pemasukan dengan berjualan nasi bungkus atau barang lainnya. Hingga yang nekat, ada anak didik rela jual diri seperti yang terjadi di Batam beberapa waktu yang lalu.

Sedangkan mereka yang benar-benar tak punya ponsel pintar, pada akhirnya terpaksa memilih belajar luring (luar jaringan) seorang diri di sekolah, tanpa teman-teman sekelasnya, hanya didampingi guru yang bersangkutan.

Demikianlah serba-serbi seputar daring serta beragam upaya demi nominal receh untuk sekadar beli pulsa/kuota data. Membuat para orang tua mengurut dada. Pasalnya, semua upaya mereka itu semata demi tetap meraih hak pendidikan. Demi mengejar sinyal harus merogoh kocek yang tak sedikit. Perkara hitung-hitungan anggaran dan harga paket kuota data, silakan bisa dihitung sendiri-sendiri, bisa dikomparasikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x