Taubat Hakiki untuk Menangani Pandemi Covid-19

- 2 Oktober 2020, 08:24 WIB
Calon anggota Pramuka Garuda Kwarcab Subang sedang melaksanakan sholat gaib dilanjut doa bersama.*
Calon anggota Pramuka Garuda Kwarcab Subang sedang melaksanakan sholat gaib dilanjut doa bersama.* /DALLY KARDILAN/PR/

Baca Juga: Di Hari Batik Nasional, Inggrid Kansil Sentil Pemerintah yang Hanya Memesan Batik Cetak untuk Seraga

Siapa pun paham, wabah tak akan menyebar dengan cepat jika sejak awal area wabah segera diisolasi. Begitu pun dengan pintu-pintu penyebarannya, baik di negara atau wilayah asal maupun di wilayah penularan, semuanya juga harus segera dikunci.

Strategi ini dalam Islam justru merupakan tuntunan syar’i. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasukinya, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu ada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

Tentu, hal ini dilakukan dengan dibarengi jaminan pemenuhan semua kebutuhan pokok secara langsung termasuk kebutuhan pokok individu seperti pangan, perumahan, dan pakaian. Semua itu akan membuat pemutusan rantai penularan yang efektif sehingga wabah tidak meluas dan segera berakhir. Selanjutnya, negara juga wajib men-support fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, obat-obatan, alat test, vaksin, dan lain-lain.

Baca Juga: Hari Batik Nasional: Setelah Ditetapkan UNESCO Menjadi Warisan Dunia Ini Sedikit Polemik Soal Batik

Demikian pula, negara tak boleh membahayakan jiwa dan membiarkan masyarakat mandiri secara ekonomi, ketika resiko penularan masih tinggi. Karena, dalam sistem islam, negara akan memisahkan daerah yang terkena wabah dengan yang tidak. Daerah yang terkena wabah dianjurkan untuk mengisolasi diri. Pun yang akan memasukinya tidak diperbolehkan.

Sementara, daerah yang bukan daerah wabah bisa melanjutkan aktivitasnya tanpa harus mengurung diri di rumahnya. Sehingga, hal ini mengakibatkan roda perekonomian tetap berjalan tanpa harus menimbulkan problem baru yaitu kemerosotan di bidang ekonomi.

Keteladan Khalifah dalam Menghadapi Masa Krisis
Dalam buku The Great Leader of Umar bin Khathab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa pada tahun 18 H, orang-orang di Jazirah Arab pernah mengalami krisis ekonomi yang hebat dan kemarau panjang. Sehingga, terjadi kelaparan massal, orang-orang sakit tak terhitung, roda perkonomian terseok-seok.

Baca Juga: Terbaru, Harga Emas Hari Ini, Jumat 2 Oktober 2020. Harga Emas Antam Hari Ini Banyak yang Turun Lho

Adapun hal-hal yang dilakukan Khalifah Umar dalam menghadapi krisis adalah :
Pertama, Hidup sederhana dan memenuhi kebutuhan makan seadanya. Bahkan, saat itu Khalifah makan makanan yang setara dengan orang paling miskin. Diceritakan pada saat terjadi kemarau panjang, Khalifah hanya memakan sepotong roti dan minyak setiap hari.

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x