Laptop Merah Putih Spesifikasinya Cupu, Reviewer Gadget dan Teknologi Bongkar Penyebabnya

31 Juli 2021, 08:25 WIB
Ilustrasi. Laptop Merah Putih spesifikasinya cupu, reviewer gadget dan teknologi bongkar penyebabnya. /PIXABAY/meminsito

 
GALAMEDIA - Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp2,4 triliun untuk pengadaan 240 ribu laptop untuk pelajar. Produk tersebut disebut dengan Laptop Merah Putih yang merupakan produk dalam negeri.

Dengan dana sebesar Rp2,4 triliun untuk 240 ribu laptop, sejumlah pihak menduga harga laptop tersebut setiap unit mencapai Rp10 juta.

Terkait hal itu sejumlah pihak mempertanyakan soal spesifikasi dari Laptop Merah Putih tersebut. Soalnya dengan harga senilai itu selayaknya pelajar bisa mendapatkan laptop dengan spesifikasi yang lumayan canggih.

Seperti diketahui berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2021, berikut spesifikasi minimal laptopnya:

Tipe prosesor core: 2, frekuensi: > 1,1 GHz, Cache: 1 M;
Memori standar terpasang: 4 GB DDR4;
Hard drive: 32 GB;
USB port: dilengkapi dengan USB 3.0;
Networking: WLAN adapter (IEEE 802.11ac/b/g/n);
Tipe grafis: High Definition (HD) integrated;
Audio: integrated;
Monitor :11 inch LED;
Daya/power: maksimum 50 watt;
Operating system: chrome OS;
Device management: ready to activated chrome education upgrade (harus diaktivasi setelah penyedia ditetapkan menjadi pemenang);
Masa Garansi: 1 tahun.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 31 Juli 2021: Mama Sarah Terdesak hingga Akhirnya Dia Jujur Soal Pembunuhan Roy

Laptop seharga Rp10 juta dengan spesifikasi tersebut dinilai sejumlah pihak sangat minim. Pasalnya, dengan harga seperti itu seseorang bisa mendapatkan laptop dengan spesifikasi canggih.

Dengan uang Rp9.499.000, seseorang di market place bisa mendapatkan laptop dengan prosesor Intel generasi ke-11. Di antaranya Acer Aspire 5 A514-54. Spesifikasinya sebagai berikut:

Processor: Intel® Core™ i5-1135G7 (8M Cache, up to 4.20 GHz)
Display: 14" FULL HD Acer ComfyView™ LED-backlit
Memory: 8 GB DDR4
Storage: 512GB SSD
Graphic: Intel iRIS Xe Graphics
Operating System: Windows 10 HOME + OFFICE HOME & STUDENT 2019 ORIGINAL LIFETIME
Bluetooth: Bluetooth® 5.0
Wifi : Wi-Fi 6 AX201
HDMI: HDMI® port with HDCP support
ODD: No Optical Drive (Tidak tersedia slot/ruang CD-Room)
Battery : 3Lithium Ion (Li-Ion) Up to 10 hours (based on MobileMark® 2014 test results)
Masa Garansi: 3 tahun.

Baca Juga: Tak Hanya Moeldoko, Ketua DPD RI 'Pamer' Disuntik Vaksin Nusantara oleh Terawan Agus Putranto

Sehubungan hal itu, Reviewer gawai dan teknologi David Brendi atau bisa disebut David GadgetIn turut buka suara. Semula ia mengaku hendak mengeritik program tersebut karena harga Laptop Merah Putih terlalu mahal dengan spesifikasi minim tersebut.

Namun lanjut dia, pemerintah mengklarifikasi bahwa Rp10 juta itu bukan sekadar untuk laptop melainkan satu paket TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) yang terdiri dari laptop, printer, scanner, router dan connector.

Meski begitu, ia menilai dengan spesifikasi tadi dengan perangkat lainnya itu masih tetap mahal. Kecuali printer plus scanner Brother DCP-T520W seharga Rp2,725 juta, dan router TP-Link DECO MS AC1300 Rp1,8 juta.

"Kalau connector, saya enggak tahu maksudnya connector untuk apa. Soalnya banyak jenis connector," ujar pria kelahiran Palembang ini dalam kanal YouTube GadgetIn dikutip, Sabtu, 31 Juli 2021.

Meski begitu, ia menyebutkan, dengan laptop spesifikasi tersebut dan perangkat canggih itu diibaratkan mobil seharga Rp80 jutaan menggunakan ban mobil Rp30 juta, jok custom Rp10 juta dan lainnya.

Baca Juga: Heboh Influencer Terima Vaksin Dosis Ketiga, Begini Respons Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria

"Saya baca-baca lebih, jadi mikir kenapa aturannya seperti itu. Soalnya Pak Menteri Nadiem Makarim itu super hebat lah ya dibilang," ujarnya.

Setelah itu, akhirnya mengaku memiliki satu teori. "Kata kuncinya ada di sistem operasi OS," jelasnya.

"Dengan spesifikasi laptop itu, jelas cupu banget kalau dipakai pada sistem operasi Windows. Tapi ini Chrome OS," ungkapnya.

Ia menjelaskan, Chrome OS ini sistem operasi buatan google yang berbasis kernelnya Linux mirip pada android. Seperti halnya pada Chrome Book.

Ketika laptop dinyalakan, tampilan bakal muncul Browser Chrome. Sehingga segala aktivitas pada laptop tersebut menggunakan browser tersebut. Banyak kegiatan untuk pendidikan bisa dilakukan melalui browser tersebut, dari mengetik, buka email hingga video.

"Jadi lebih masuk akal dengan spesifikasi tadi. Apalagi untuk pelajar," ujarnya.

Dengan spesifikasi Laptop Merah Putih, untuk laptop jenis Chrome Book, hal tersebut sudah cukup memadai. Baik dari booting hingga melakukan kegiatan pada browser tadi. "Booting cepet, dan bebas virus," ujar David.

Ia mengungkapkan, saat terjadinya pembatasan kegiatan masyarakat di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19, produk tersebut laku keras di luar negeri.

"Di kita, memang enggak sih. Di kita enggak nge-trend kali ya," ujarnya.

Baca Juga: Sudjiwo Tedjo: Pak Luhut Mohon Maaf Ini Akibatnya Kalau Mal-Mal Ditutup, Diskon Pindah ke Pengadilan

Terlebih, lanjut dia, produk tersebut sangat mengandalkan internet agar kinerjanya bisa maksimal. "Off line sebenarnya bisa aja, di-download, tapi ya gitu. Saat pake android aja kita rasain gimana kalo internet super lemot," katanya.

Dengan begitu, David mengatakan, hal yang menjadi pertanyaan baginya bukan soal spesifikasi melainkan soal jaringan internet di Indonesia. Terlebih, penyebaran jaringan internet di Indonesia saat ini belum merata.

Ia pun menyoroti soal Laptop Merah Putih yang mengharuskan menggunakan vendoro dari dalam negeri. Vendor laptop dalam negeri saat ini antara lain Zyrex, Axioo dan Advan.

Laptop produk dalam negeri tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi dari produk luar negeri. Untuk merek laptop Chrome Book bisa sampai Rp5,8 juta. Sedangkan produk luar bisa hanya Rp 4 juta - Rp 5 juta.

"Jadi aneh saja kenapa laptop ini jauh lebih mahal dari laptop yang sudah terkenal," ujarnya.

"Harga lebih mahal, spek lebih rendah, mau cintain produk dalam negeri berat. Soalnya kita ini mahluk ekonomi
pasti cari yang ngasilin lebih banyak dengan harga lebih rendah," ujarnya.

Karena itu David menyarankan agar merivisi aturan sehingga bisa menggunakan brand dari luar negeri. "Cuma ya, mungkin pemerintah punya tujuan agar duitnya tetep muter di sini-sini saja," ujarnya.

Ia pun menyarankan agar aturan sistem operasi bisa menggunakan Windows. "Soalnya ini kan sudah umum ya, sudah biasa dipakai. Cuma mungkin karena untuk pelajar jadi laptop itu hanya untuk buat belajar enggak bisa main games PC atau melalui steam," katanya.

Sehubungan hal itu, soal Laptop Merah Putih tersebut menurutnya memiliki keunggulan karena sistem operasi Chrome OS dan brand lokal. Kedua itu pun yang menjadi kelemahan dari laptop tersebut.

Namun ia mengingatkan Laptop Merah Putih ini masih awal karena belum ada bentuk fisik yang diterima oleh pelajar.

"Itu kan nanti pengadaannya dilakukan Pemda. Pemda yang negosisasi, ya nanti diumumin segala macemnya. Ya saya harepin sih pelajar bisa mendapatkan produk terbaik, secanggih mungkin, dapet spek maksimal," ujarnya.***

 

 

 

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler