Hilangkan Stigma Anak Disabilitas, Atalia Ridwan Kamil: Mereka Juga Miliki Potensi dan Berprestasi

9 November 2021, 11:12 WIB
Bunda PAUD Jabar, Atalia Praratya Ridawan Kamil /Instagram/@ataliapr


GALAMEDIA - Pokja Bunda PAUD Jawa Barat menyelenggarakan webinar dengan tema "Pejuang Anak Istimewa" pada Selasa, 9 November 2021. Acara dibuka oleh Bunda PAUD Jabar, Atalia Praratya Ridwan Kamil, S.IP, M.I.Kom.

Menurut Atalia, stigma bagi anak dengan kebutuhan khusus atau disabilitasi masih terjadi di masyarakat. "Bagi sebagian orang, memiliki anak berkebutuhan khusus adalah aib. Stigma ini masih ada di masyarakat," kata Atalia.

Baca Juga: Puan Maharani 'Tutup Kuping' dari Interupsi, Fadli Zon: Interupsi Itu Hak Anggota, Tak Boleh Diabaikan!

Dikatakan, stigma itu tidak hanya datang dari masyarakat bahkan dari pihak keluarga terdekat. Ada orangtua yang tidak menyekolahkan anak disabilitas, padahal saat ini semua sekolah sudah inklusif, artinya anak disabilitas boleh sekolah di sekolah umum.

Di Indonesia berdasarkan data BPS, ada sekitar 27.000 lebih anak disabilitas. Di Jabar untuk anak disbilitas tuan rungu saja ada sekitar 538 anak. Atalia yakin, itu buka angka riil, karena di lapangan masih ada data yang tersembunyi.

Salah satunya, kata Atalia masih ada orangtua yang tidak ingin diketahui bahwa ia memiliki anak berkebutuhan khusus. Padahal, hal tersebut tidak boleh terjadi, karena semua anak memiliki keunikan masing-masing.

Baca Juga: Selain Andika Perkasa, Ini Prajurit Koprs Baret Merat yang Pernah Manjadi Orang Nomor Satu di TNI

"Banyak contoh, bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki prestasi yang luar biasa. Di Jabar ada Hary Susanto yang berhasil memberikan medali emas untuk Indonesia pada cabang olahraga (cabor) badminton di Paralimpiade Tokyo 2020 dan banyak lagi yang lainnya," kata Atalia.

Banyak juga tokoh-tokoh dunia dari berbagai bidang yang mengharumkan nama negaranya padahal mereka seorang diasbilitas.

Ia mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mematahkan stigma bahwa anak disbilitas adalah aib. Mereka juga sama dengan anak pada umumnya.

Dikatakan di antara upaya untuk mematahkan stigma tersebut adalah dengan memberi edukasi kepada masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus pun harus diperlakukan yang sama. Tidak hanya oleh keluarga tapi juga masyakat.

Baca Juga: Buntut Makian F******g Dutch S**t, Hubungan Gigi Hadid dan Zayn Malik Kian Toxic

"Kemudian harus ada deteksi dini, sehingga bisa diantisipasi segera. Lalu, hubungan sosial pun harus terus dijaga, karena semua anak memiliki potensi masing-masing. Jangan pernah membeda-bedakan," jelasnya.

Ia berharap, webinar semacam inipun bisa menjadi jalan edukasi bagi masyarakat agar mereka paham ada perbedaan bukan untuk dibeda-bedakan, karena manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna.

"Kepada para pejuang diasbilitas saya memberi apresiasi dan semangat untuk terus berjuang. Jangan sekali-kali memberi label bahwa memiliki anak disabilitas adalah aib. Semua anak adalah titipaan dari Allah yang harus kita jaga. Mari jaga mereka," imbuhnya.

Dalam narasumber webinar tersebut menghadirkan Djulaiha Sukmana (Pembina Yayasan Biruku Indonesia) dengan materi "Perduli terhadap Anak Berkebutuhan Khusus" dan Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI (Spesialis Therapy Autis) dengan materi "Deteksi Dini Anak Autis". ***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler