Sejarah dan Filosofi Rendang, Makanan Terlezat di Dunia

16 Juli 2020, 08:20 WIB
Rendang. (rendangdenlapeh.id) /


GALAMEDIA - Indonesia dikenal memiliki beragam makanan khas. Mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua, hampir setiap daerahnya memiliki sajian yang menggugah selera.

Tak sedikit yang lahir sejak lama, bahkan sebelum negara ini merdeka. Bahkan, banyak juga makanan Indonesia yang akhirnya mendunia.

Salah satunya adalah rendang atau randang. Masakan daging ini berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina dan Thailand.

Baca Juga: Begini Curhatan Raffi Ahmad dan Yuni Shara Usai Bertemu Jokowi

Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu. Bahkan menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.

Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Seni memasak ini lalu berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya, mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri Jiran.

Di daerah-daerah itu, rendang menjadi hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idulfitri dan Idul Qurban.

Baca Juga: Ini Dia Daftar Harga Sepeda Lipat Pacific, Mulai dari Rp3 Jutaan sampai Rp35 Juta

Bekal
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16.

"Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal," ujarnya dari wikipedia.

Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.

Baca Juga: Dibandingkan Logam Lain, Ini yang Membuat Emas Jadi Istimewa

Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).

Terhormat
Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang.

Secara simbolik, dagiang (daging sapi) melambangkan "niniak mamak" (para pemimpin suku adat), dan karambia (kelapa) melambangkan "cadiak pandai" (kaum Intelektual).

Sementara lado (cabai) melambangkan "alim ilama" yang tegas untuk mengajarkan syariat agama, dan pemasak (bumbu) melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.

Baca Juga: Ini Dia Manfaat dari Daging Domba (Lamh Ad-Da'in)

Dedak
Rendang dihasilkan dari proses memasak suhu rendah dalam waktu lama menggunakan aneka rempah-rempah dan santan. Proses memasaknya butuh waktu berjam-jam hingga yang tinggal hanyalah potongan daging berwarna hitam pekat dan dedak.

Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna cokelat terang keemasan.

Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau, teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu rendang berbeda-beda menurut daerah.

Baca Juga: Planet Bumi Pun Bisa Tenggelam Akibat Luapan Air Zam-zam

Pada 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International.

Pada 2018, rendang secara resmi ditetapkan sebagai salah satu dari lima hidangan nasional Indonesia. Di tengah prestasinya itu, rendang juga dimanfaatkan sebagai bantuan pangan bagi korban bencana alam karena tahan lama dan kandungan gizinya.

Seperti halnya pada gempa bumi Lombok 2018, gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018, tsunami Selat Sunda 2018, dan banjir Bengkulu 2019.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler