Dimensi-dimensi Keberagaman  

10 Agustus 2020, 21:53 WIB
Masjid Agung Damaskus. /

 

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Manakala kita mengatakan bahwa seseorang itu “ber-agama”, maka sebutan ini dapat bermakna banyak. keanggotaan gereja, keyakinan terhadap doktrin-doktrin agama, etika hidup, kehadiran dalam acara peribadatan, pandangan-pandangan, dan banyak lagi tindakan, adalah kondisi-kondisi yang kesemuanya itu dapat menunjuk kepada ketaatan dan komitmen kepada agama.

Dengan refleksi di atas jelaslah bahwa aneka ragam makna yang di hubungkan dengan istilah “beragama” dapat saja berarti aspek-aspek gejala yang sama, walaupun tak sepenuhnya sinonim. banyak orang berpendapat bahwa seseorang yang menjadi anggota gereja yang aktif tentulah seorang penganut agama yang taat, dan pastilah juga menjalankan keyakinannya dalam kehidupannya sehari-sehari

Kehadiran di gereja, keyakinan, dan tindakan etis umumnya di kenal sebagai unsur-unsur dalam keberagamaan. Namun demikian, semata-mata karena seseorang itu beragama menurut salah satu komponen di atas, tidak ada jaminan bahwa ia religius apabila di lihat dari konteks yang lain.

Baca Juga: H. Cucun : Dalam Pesta Demokrasi Harus Bermain Secara Fair

Ada pengunjung gereja yang aktif justru tak yakin, penganut yang taat justru tak rajin ke gereja, atau orang-orang yang punya keyakinan kuat dan menjadi anggota aktif di gereja, tetapi sukar sekali dapat dianggap memiliki etika dalam tindakannya. jadi, mengatakan secara khusus dan tepat mana orang yang religius, mana yang tidak, adalah masalah yang kompleks.

Ketidakjelasan dalam hal apa seseungguhnya “keberagamaan” itu dapat menimbulkan kegagalan serius dalam penelitian dan penulisan tentang komitmen terhadap agama. suatu bagian penting yang menjadi pokok perdebatan adalah mengenai apakah agama pada orang Amerika, sesudah perang, mengalami kemajuan atau kemunduran.

Akan tetapi, istilah keberagaman di gunakan dalam sejumlah cara yang berbeda dan sering kali pula bermakna ganda dalam pemakaian konvesionalnya. jadi, untuk mulai mendefinisikan dan mengoperasionalnya. jadi, untuk mulai mendefinisikan dan mengoperasikan komitmen keagamaan.

Baca Juga: Pabrik Milik Pengusaha Amerika Serikat di China Pun Hijrah ke Indonesia

Lima dimensi dapat dibedakan dalam hal ini; di dalam setiap dimensi aneka ragam kaidah dan unsur-unsur lainnya dari berbagai agama dunia dapat digolong-golongkan dimensi-dimensi itu adalah: keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensinya. Dimensi keyakinan. Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.

Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencangkup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang di lakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang di anutnya praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting. Ritual mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagama formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya melaksanakan

Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang di kenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi.

Baca Juga: Doni Monardo : Carilah Sosok dan Tokoh Panutan yang Bisa Dipatuhi Masyarakat

Dalam kristen, dapat di katakan, praktek keagamaan adalah aspek kedua yang paling bernilai dari, komitmen keagamaan, tidak sepenting aspek kepercayaan, tetapi lebih di hargai dari pada ketiga dimensi yang lainnya. Namun demikian, pada agama-agama yang lebih mistis dan beberapa sekte protestan yang ekstri, arti penting yang lebih besar adalah para pengalaman keagamaan dari pada prakteknya. (robi/job)

 

Agama: Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis
Sumber : R. Stark dan C.Y. Glock

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler