Terkikisnya Bahasa Indonesia di Era Digital

23 Juli 2023, 14:16 WIB
Ilustrasi belajar. Bahasa Gaul Mengikis Bahasa Indonesia /PIXABAY/@sasint/

GALAMEDIANEWS - Tidak hanya teknologi yang berkembang, Bahasa Indonesia saat ini telah leluasa menyerap kosa-kata baru dan terus bertambah.

Hal itu dapat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang banyak menambah kosa kata baru yang sering digunakan tiap waktu ke waktu.

Tetapi dengan adanya perkembangan tersebut, membuat Bahasa Indonesia mengalami tantangan dalam hal keaslian serta kualitas yang seringkali dilupakan.

Baca Juga: HUT LPM ke-23: LPM Kota Bandung tegaskan Peran dan Keberadaan LPM di Kewilayahan

Sehingga, banyak dari masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah atau istilah baru yang belum diresmikan yang biasa disebut Bahasa Gaul.

Secara tidak sadar, Bahasa tersebut bukan bahasa yang baik dan benar. Apalagi, Bahasa Gaul tersebut seringkali digunakan secara tidak sengaja karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Sebenarnya hal itu akan merusak makna dan memicu krisis bahasa yang tidak sesuai dengan PUEBI.

Munculnya Bahasa Gaul

Bahasa Gaul ini biasanya muncul di kalangan remaja atau generasi milenial saat ini. Hal itu seringkali digunakan untuk bahasa sehari-hari sehingga memicu implikasi pada jati diri bangsa Indonesia.

Terbentuknya Bahasa Gaul sebenarnya berasal dari gabungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing atau Bahasa Daerah, sehingga menjadi sebuah kata pelesetan bahasa asingnya. Contohnya seperti santuy, iyain, ngapain dan masih banyak lainnya.

Bahasa Indonesia di Era Digital 

Ada beberapa hasil riset dari Hootsuite pada Januari 2020, jika era digital ini adalah mayoritas pengguna media sosial dari kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa.

Tetapi, mayoritas penggunanya tidak diimbangi dengan kesantunan Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar seperti mengutarakan pertanyaan, komentar ataupun kritik.

Sehingga, tak hanya krisis bahasa tetapi juga krisis moral dan etika. Padahal, sudah seharunya pengguna media digita semakin bijak dalam ber-media sosial, telebih bagi anak-anak perlu adanya pengawasan oleh orang tuanya.

Baca Juga: Fikom Unisba Gelar Studium Generale Komunikasi Politik Pemuda di Era Digital

Hal itu karena, media digital sangat cepat menyerap berbagai macam informasi sehingga, ketika ada bahasa kasar, tidak senonoh saru atau vulgar tersebar, akan sangat memungkinkan untuk bisa viral atau meluas.

Menurut Ali Mustadi seorang Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyampaikan dengan tegas bahwa “ teknologi saat ini memungkinkan masyarakat untuk terlibat aktif.

Sehingga, perlu digali oleh lembaga pendidikan utuk mendukung perkembangan bahasa dan santunan bahasa Indonesia bagi masyarakat” ujarnya.

Oleh sebab itulah, sudah seharusnya pendidikan kebahasaan, moral dan etika memberikan keseimbangan dalam pertumbuhannya.

Karena semakin canggih teknologi, akan semakin berbanding terbalik dengan kesantunan serta ketepatan berbahasa Indonesia di media digital.***

Editor: Tatang Rasyid

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler