Mengenal ‘Self Sabotaging’ Perilaku yang Menghambat Diri Sendiri

28 Oktober 2023, 21:01 WIB
Waspadai gejala self sabotaging atau sabotase diri ketika pikiran negatif menghambat perilaku, tindakan dan pikiran positif. /pixabay/Gerd Altman/

GALAMEDIANEWS - Self Sabotaging yang kronis dapat merusak kehidupan pribadi dan pekerjaan profesional seseorang.

Kebiasaan menunda pekerjaan, membanding-bandingkan diri dengan orang lain, terlalu keras mengkritik diri sendiri, bahkan selalu merasa kurang dan tidak layak adalah ciri-ciri seseorang mulai melakukan self sabotaging atau sabotase diri.

Seseorang yang menyabotase diri biasanya dengan sengaja menciptakan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang merugikan diri sendiri bahkan mengganggu tujuan jangka panjang.

Jika terjadi terus menerus, hal ini dapat berdampak serius, mulai dari stress, hingga hilangnya kepercayaan diri.

Lalu apa itu sabotase diri, dan bagaimana hal itu melemahkan jutaan orang setiap tahun?

Baca Juga: Mengenal Adenovirus yang menyerang Rayyanza, Gejala, Penyebaran dan Pencegahannya

Sabotase diri adalah perilaku atau pola pikir yang menahan atau mencegah seseorang melakukan apa yang dia ingin lakukan untuk mencapai kebahagiaan.

Dalam definisi psikologis, sabotase diri terjadi ketika kita menghancurkan diri kita sendiri secara fisik, mental, atau emosional atau sengaja menghambat kesuksesan dan kesejahteraan kita sendiri.

Sabotase diri, juga dikenal sebagai disregulasi perilaku. Hal ini bisa dilakukan secara sadar atau tidak sadar.

Contoh sabotase diri secara sadar adalah memutuskan untuk makan kue, meskipun ada tujuan atau resolusi diri untuk makan sehat.

Sedangkan sabotase diri yang tidak disadari terjadi ketika seseorang tanpa sadar merusak atau menghalangi dirinya sendiri untuk melakukan apa yang diinginkan untuk mencapai tujuan.

Baca Juga: Mengenal Resep Herbal Detox Ginjal ala dr. Zaidul Akbar: Kayu Manis dan Rahasia Kesehatan Ginjal

Contohnya, ketika seseorang berkeinginan melanjutkan S2 di sebuah Universitas, tetapi selama proses persiapan dia selalu pesimis dan mengatakan pada dirinya tidak akan diterima (afirmasi negatif). Maka, hal yang biasanya terjadi adalah usaha yang dilakukannya tidak maksimal dan hasil akhirnya tidak lolos di Universitas tersebut.

Sabotase diri berakar pada pola pikir kontraproduktif, disorganisasi, keraguan, dan self-talk negatif.

Hal ini pula yang memicu seseorang dapat melakukan sabotase diri dalam hubungan relasinya dan dalam pekerjaannya sekalipun.

Sabotase dalam hubungan berelasi terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk bertahan dengan pasangan yang tidak cocok, berkelahi, dan menolak untuk berkomitmen penuh pada hubungan.

Contoh dari tanda-tanda sabotase relasional adalah: selalu mengkritik pasangan, menyimpan dendam, selalu berfokus pada kekurangan orang lain atau pasangan dan lain sebagainya.

Sedangkan contoh sabotase diri dalam pekerjaan antara lain: disorganisasi, menunda pekerjaan, perfeksionisme, menipu dan lainnya.

Untuk keluar dari situasi yang membelenggu pikiran ini, diperlukan usaha untuk keluar dari segala bentuk sabotase diri. Salah satunya mengenali hadirnya pikiran negatif dan segera sadar untuk secepatnya mengubahnya ke arah yang positif

Bebas dari sabotase diri bukan hanya membuat kita lebih yakin dalam menjalani kehidupan dengan lebih baik, namun juga membuat kita lebih mudah memaafkan diri sendiri juga orang lain.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: positivepsychology.com

Tags

Terkini

Terpopuler