The Adventure of Kabayan Baju Hikmat (34)

13 November 2020, 11:00 WIB
The Adventure of Kabayan /

Pada episode sebelumnya, Tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan warga Kampung Cingur yang sedang mengejar babi hutan. Mereka melihat Kabayan dan teman-temanya sedang ketakutan berhadapan dengan babi hutan.

"Itu babi hutannya!"
"Tangkap cepat!"

Nyi Iteung ketika melihat orang kampung yang tadi berusaha mengejarnya. Tidak ayal lagi lalu membalikan tubuh dan loncat lagi ke pematang sawah berlari sekencang-kencangnya.

Baca Juga: Habib Rizieq Disambut Lautan Manusia di Simpang Gadog, Fadli Zon Ungkap Kampungnya di Masa Kecil

"Jang, tidak kenapa-napa kalian?" tanya Mang Karman yang ikut memburu.

"Tidak, Mang. Hampir saja saya diseruduk kalau bapa-bapa tidak segera tiba mah,' tutur Kemed.

"Sukur salamet mah! Hayu urang udag bisi kaburu jauh!" teriak Tua Kampung yang ikut mengejar. "Ujang bisi arek ikut hayu!"

"Mangga, ti payun, Pak! Saya mah masih geugeumeun,' jawab Kemed, malah duduk di atas rumput tepi jalan. Berikut lanjutannya;

Baca Juga: Ciptakan Efisiensi dan Inovasi, Kemenperin Minta IKM Terapkan Teknologi

Sementara warga bergegas kembali melakukan pengejaran terhadap Nyi Iteung yang berlari kencang menelusuri pematang sawah.

Nyi Iteung, yang dikejar warga Kampung Cingur dan berlari kencang di pematang sawah mulai berpikir.

"Kenapa Iteung dikejar-kejar warga dan disebut babi hutan? Memang Iteung mirip babi? Bukankah Kang Sarkawi dan Kang Kabayan bilang Iteung teh cantik? Kenapa warga malah menganggap Iteung babi hutan yang harus ditangkap dan dibunuh?" larinya semakin cepat dan ringan di atas pematang sawah, terkadang loncat-loncat menghindari hambatan.

Baca Juga: Segudang Keberkahan di Hari Jumat, Yuk Berburu Keutamaan dan Keberkahan di Sayyidul Ayyam

Sekejap pun warga yang sedang mengejar sudah tertinggal sangat jauh. Hingga tidak terlihat lagi terhalang pohon-pohon padi yang segera menguning.

"Aneh, dari tadi iteung lari-lari cukup jauh tapi tidak merasa lelah cuma haus sedikit." kemudian berjalan pelan menelusuri pematang sawah. Di sampingnya tampak ada cekungan air selokan. "Jadi pingin minum," gumannya.

Nyi Iteung mendekati cekungan air dan berdiri mau meminumnya. Kedua matanya menatap air bening yang akan diminumnya. Betapa terkejutnya ketika melihat sosok yang tercermian di air.

Baca Juga: Segudang Keberkahan di Hari Jumat, Yuk Berburu Keutamaan dan Keberkahan di Sayyidul Ayyam

"Babi hutan!" teriaknya. Menoleh ke belakang dan sampingnya. "Tapi kemana babi tadi?" semakin mengerutkan dahinya. Tidak menemukan sosok babi hutan disamping maupun belakangnya.

"Aneh? Mungkin penampakan babi tadi yang mengganggu Iteung? Sehingga warga memburu? Tapi di mana sosok itu?" dibarengi dengan rasa penasaran yang semakin kuat, lalu kembali mendekati cengkungan air.

Kembali menatap genangan tadi. Tampak babi hutan dengan taring tidak terlalu panjang. Kini Nyi Iteung tidak beranjak. Di lehernya ada kalung berlian.
"I, ieu, kalung berlian!" Nyi Iteung.

Baca Juga: Wacana Pembentukan KBT Suatu Kebutuhan Bukan Tuntutan Politik

Tersentak sekujur tubuhnya terasa lemas. "Pantas orang pada mengejar Iteung? Kang Kabayan dan kawan-kawan juga sangat tidak mungkin mengenali Iteung jika memang ini yang terjadi. Kenapa bisa begini?"

Nyi Iteung tidak beranjak dari menatap tubuhnya di genangan air yang kini sudah berubah. Tentu saja siapa pun tidak akan ada yang pernah mengenali dirinya.
Bersambung....

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler