Ngeri!! Begini Masuknya Molekul Bisphenol A ke dalam Tubuh

- 16 Desember 2020, 09:00 WIB
Salah satu narasumber Seminar Virtual, “Mengenal BPA dari Rumah,” dr Daulika Husna SpA, dokter spesialis anak Neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada, Kuningan Jakarta.
Salah satu narasumber Seminar Virtual, “Mengenal BPA dari Rumah,” dr Daulika Husna SpA, dokter spesialis anak Neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada, Kuningan Jakarta. /Boedi Azwar

 


GALAMEDIA - Untuk mengurangi resiko terpapar BPA (Bisphenol A) adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA. Artinya tidak makan atau minum, dari wadah plastik yang mengandung unsur kimia BPA.

Demikian antara lain pendapat yang mengemuka pada acara Seminar Virtual, “Mengenal BPA dari Rumah” yang diselenggarakan oleh Cerdik Sehat bekerjasama dengan Rumah Sakit Mayapada Kuningan Jakarta, dan Parentalk.id, di Jakarta.

Turut serta dalam seminar ini, dr Darrel Fernando SpOG, dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Mayapada Kuningan Jakarta, dr Daulika Husna SpA, dokter spesialis anak Neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada, Kuningan Jakarta, serta Nucha Bachri, co-founder parentalk.id dan Dr -Ing Azis Boing Sitanggang S.TP MSc, pakar teknologi pangan.

Baca Juga: BPIP Gandeng Raffi Ahmad Luncurkan Animasi “Lorong Waktu Si Aa”

Menurut dr. Daulika Yusna, Sp.A, kemasan makanan dan minuman dengan kandungan yang tidak tepat, seperti mengandung BPA, sangat berbahaya jika isinya dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu lama.

Para panelis sepakat bahwa untuk mengurangi resiko BPA sebaiknya tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA.

"Sebagai orang tua apakah kita sudah berkomitmen memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak kita," ujar Nucha Bachri, Co-Founder Parentalk.id.

Baca Juga: Pelaku Penculikan 300 Anak Sekolah Dipersenjatai Senapan Serbu AK-47, Amerika Serikat Turun Tangan

Nucha menambahkan, yang harus orangtua lakukan di rumah adalah berani menyingkirkan wadah makanan atau minuman yang mengandung BPA. “Tidak tertarik bentuk kemasan melainkan mengutamakan faktor kesehatannya,” ujarnya.

Diperlukan sikap bijaksana dengan meneliti lebih dulu kode kemasan dan bahan kemasan makanan dan minuman yang kita sajikan. Harus teliti melihat kode plastik pada setiap produk yang digunakan.

Perlu diperhatikan dalam kemasan makanan misalnya kode plastik no 7 biasanya mengandung BPA. Meskipun bukan di level yang berbahaya tapi kalau bisa diihindari agar tidak terjadi akumulasi jangka panjang," terang Dr. Darrell.

Baca Juga: Update Harga Emas di Jakarta, Bandung dan Surabaya: Antam Masih di Bawah Rp 1 Juta

Nucha kembali mengingatkan, jangan tergiur tampilan. “Perhatikan baik-baik dan pelajari dan cari tahu dulu bahan yang mau kita beli seperti apa. Jangan sampai mengandung BPA yang dapat mempengaruhi kesehatan anak balita," ungkap Nucha.

Bahaya BPA dapat dirasakan setelah kurun waktu lama, dan tidak serta merta langsung berefek. Contohnya gangguan hormon pada anak atau balita yang sedang tumbuh. “Gangguan lainnya dapat memicu kanker jika BPA dikonsumsi terus menerus," terang dr Daulika Husna Sp.A.

Lantas bagaimana zat kimia BPA ini masuk ke dalam tubuh? Dalam prosesnya, molekul BPA atau monomer dipolimerisasi menjadi plastik karbonat (PC). Pada proses polimerisasi itulah proses tidak berjalan sempurna sehingga menimbulkan molekul-molekul BPA bebas.

Baca Juga: ILC Pamit dari TVOne, Bakal Kembali Hadir di Platform Digital

Molekul  BPA bebas ini kemudian bermigrasi dari kemasan atau utilitas ke makanan atau minuman yang terkonsumsi. Masuknya BPA ke dalam tubuh melalui dua cara yaitu dietary exposure dan non dietary exposure.

"Masalah BPA adalah migrasi. Migrasi adalah berpindahnya zat kimia BPA yang ada pada kemasan makanan ke dalam produk pangan. Kita akan terpapar jika kita mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi BPA. Hindari risiko dengan mengurangi paparan," saran Dr Azis.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah