Ancaman Tsunami di Indonesia, Ini 3 Prinsip Mitigasi Bencana yang Terencana

- 21 Desember 2020, 15:50 WIB
Upaya mitigasi bencana tsunami, KKP tanam bibit vegetasi
Upaya mitigasi bencana tsunami, KKP tanam bibit vegetasi /Dok. KKP


GALAMEDIA - Pada 26 Desember 2004 silam, Indonesia dilanda tsunami, daerah yang paling parah terkena dampaknya adalah Aceh dan Nias. Korban akibat tsumani Aceh mencapai 200.000 jiwa.

Badan Informasi Geospasial mengungkapkan Indonesia merupakan wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Untuk mengatasi dan meminimalisir resiko ketika gempa bumi atau tsunami terjadi maka diperlukan mitigasi bencana yang terencana.

Menurut Peneliti senior bidang geologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaya menjelaskan bahwa ada tiga prinsip yang harus diketahui dalam mitigasi bencana.

Baca Juga: Tsunami Besar Mengancam 10 Wilayah di Pulau Jawa, Lima Diantaranya di Jawa Barat

Pertama, pengetahuan dan pemahaman sumber bencana melalui riset yang serius. Kedua, instrumentasi yang tepat sesuai dengan sumber dan tujuannya.

Dan ketiga, tindakan mitigasi yang efektif sesuai dengan karakter sumber bencana, kondisi wilayah dan masyarakat.

”Kita harus meningkatkan mitigasi itu tidak hanya regional, nasional, tapi harus disesuaikan dengan sumber bencana setiap wilayah,” ungkapnya seperti dakam keterangan tertulisnya dari humas LIPI belum lama ini.

Menurut Danny, tindakan mitigasi bencana yang bisa dilakukan ialah melalui penataan tata ruang yang aman bencana; membuat aturan kode bangunan tahan gempa.

Baca Juga: Puasa Senin Kamis: Singkong Karamel Gula Merah Pas untuk Buka Puasa, Ini Resep dan Cara Masaknya

Selain itu, digalakannya pendidikan dan penyiapan masyarakat yang tangguh terhadap bencana, sesuai dengan karakter sumber bencana di setiap wilayah serta harus spesifik.

“Juga penerapan sistem peringatan dini bencana oleh pemerintah maupun secara mandiri, dan terakhir analisis bahaya dan risiko,” jelasnya.

Menurut Danny, kondisi sumber gempa, tsunami dan gerakan tanah di Indonesia sangat banyak dan beragam.

“Setiap wilayah berbeda beda karakter sumber gempa atau tsunaminya dan juga bahayanya, keberagaman ini jelas harus diketahui dan dipahami sebaik-baiknya sehingga usaha mitigasi bencananya termasuk untuk Early Warning System (EWS) menjadi lebih sulit sehingga perlu program riset yang serius,” terang Danny.

Baca Juga: Tsunami Sering Terjadi di Indonesia, Ini Doa Tolak Bala Agar Terhindar dari Bencana

Selain itu, Danny menjelaskan bahwa prioritas mitigasi gempa berdasarkan dua aspek yaitu tingkat bahaya dan risikonya, serta tingkat kemungkinan akan terjadinya bencana.

Mengingat kompleksnya monitoring, mitigasi dan sistem peringatan dini gempa dan tsunami, khususnya karena keberagaman karakteristik sumber dan kondisi wilayah maka perlu dibentuk kelompok kerja nasionalyang multidisiplin dan lintas instansi.

“Seperti misalnya Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) yang dibentuk untuk update Peta Seismic Hazard Indonesia secara berkala,” pungkas Danny. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah