25 Persen Lansia di Indonesia Beresiko Mengalami Anemia

- 17 Oktober 2021, 16:18 WIB
Fakultas Kedokteran melaksanakan skrining pemeriksaan, edukasi, serta pemberian tablet FE (zat besi) yang diikuti 200 lansia yang memiliki riwayat gangguan kesehatan anemia.
Fakultas Kedokteran melaksanakan skrining pemeriksaan, edukasi, serta pemberian tablet FE (zat besi) yang diikuti 200 lansia yang memiliki riwayat gangguan kesehatan anemia. /Rio Ryki Batee/Galamedia/

GALAMEDIA - Anemia atau kekurangan darah masih rawan terjadi di kalangan lansia, karena asupan makanan yang mengandung zat besi yang berkurang.

Terdapat beragam alasan, diantaranya karena khawatir pegal-pegal karena makanan yang mengandung zat besi didominasi oleh sayuran hijau.

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat, Fakultas Kedokteran melaksanakan skrining pemeriksaan, edukasi, serta pemberian tablet FE (zat besi) yang diikuti 200 lansia yang memiliki riwayat gangguan kesehatan anemia.

Penanggung jawab kegiatan FK Unjani, dr. Dinar Mutiara mengatakan bahwa Anemia merupakan penyakit kronis yang lebih rentan menyerang para lansia, dimana terjadi penurunan fungsi, kemampuan tubuh, dan produksi sel darah merah karena usia.

Berdasarkan catatanya, 25 persen lansia di Indonesia beresiko mengalami anemia. Lebih jauh, anemia disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari kekurangan zat besi, vitamin B12 dan folat, karena kurangnya asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Baca Juga: Dari 125 Pendaftar, Hanya 6 Perusahaan yang Tawarkan Revitalisasi Stadion Sangkuriang

"Jadi pada usia 60 tahun keatas, biasanya seseorang mulai agak sulit untuk dapat menjaga komposisi asupan makanannya yang sesuai. Terutama pada jenis makanan yang mengandung zat besi, seperti sayur-sayuran berwarna hijau. Alasan mereka, biasanya ada kekhawatiran jika mengkonsumsi sayuran hijau, akan pegal-pegal atau rematik," ungkapnya disela-sela kegiatan di Klinik Healthy Life, Jalan Caringin, Kota Bandung, Minggu, 17 Oktober 2021.

Menurutnya selain para lansia, target peserta dari program pengabdian masyarakat ini, kedepannya akan menyasar remaja putri dengan rentang usia 13-18 tahun.

Hal tersebut, disebabkan pada usia tersebut, merupakan masa produktif bagi remaja putri, dengan siklus menstruasi yang lebih sering, sehingga anemia berpotensi terjadi.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x