Peristiwa 9 Januari: Dunia Penerbangan Tanah Air Berduka di Awal Tahun 2021

- 9 Januari 2022, 06:45 WIB
Peristiwa 9 Januari: Dunia Penerbangan Tanah Air Berduka di Awal Tahun 2021.
Peristiwa 9 Januari: Dunia Penerbangan Tanah Air Berduka di Awal Tahun 2021. /Tangkap layara YouTube/@Captainplane/

GALAMEDIA - Sejumlah peristiwa penting di berbagai belahan dunia terjadi pada tanggal 9 Januari, dari tahun ke tahun.

Tak sedikit dari peristiwa itu menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Di antaranya peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang membuah dunia penerbangan Tanah Air berduka.

Berikut sejumlah peristiwa penting di tanggal 9 Januari, yang dirangkum Galamedia dari berbagai sumber:

Baca Juga: Penerimaan Guru PPPK Timbulkan Masalah Baru, Aa Maung: Segera Selesaikan!

Baca Juga: Muhammad Leslar Al-fatih Billar, Nama Lengkap Baby L Anak Lesti Kejora dan Rizky Billar

1900
Klub sepak bola SS Lazio didirikan di Roma, Italia

1916
Kerajaan Ottoman menang dalam Pertempuran Gallipoli

1951
Markas PBB dibuka secara resmi di New York City

1968
Pesawat Surveyor-7 AS mendarat di bulan, penyelidikan dengan pesawat tanpa awak

1988
Penyanyi Indonesia Gombloh meninggal di Surabaya

2005
Mahmud Abbas terpilih sebagai Presiden Palestina. Ia kemudian menandatangani kesepakatan damai dengan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.

Baca Juga: Reshuffle Tak Kunjung Terjadi, PAN Disarankan Keluar dari Koalisi Pemerintahan Jokowi

2021
Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 jatuh di sekitar Kepulauan Seribu.

Pesawat tersebut terbang dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.

Baru 4 menit terbang, pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami kecelakaan dan jatuh pada 9 Januari 2021.

Pesawat tersebut mengangkut sebanyak 62 orang, terdiri dari 12 kru dan 50 penumpang. Tujuan pesawat yakni rute Jakarta-Pontianak.

Pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-500 yang telah berusia 26 tahun dengan kode registrasi PK-CLC (MSN 27323).

Pesawat ini dibuat pada tahun 1994 dan mulai digunakan oleh Continental Airlines pada tahun yang sama.

Pesawat ini kemudian digunakan oleh United Airlines mulai 1 Oktober 2010 dengan nomor registrasi N27610 sebelum akhirnya bergabung dengan armada Sriwijaya Air pada tahun 2012. Sriwijaya Air menamai pesawat ini "Citra".

Baca Juga: Sriwijaya Air SJ182 Rute Jakarta-Pontianak Jatuh di Kepulauan Seribu, 62 Orang Tewas pada 9 Januari 2021

Dari berbagai sumber, di antara penumpang yang tewas dalam kecelakaan tersebut yaitu Mulyadi P. Tamsir, mantan Ketum PB HMI dan politikus Partai Hanura.

Pesawat dipiloti oleh Kapten Afwan, mantan penerbang di TNI Angkatan Udara dengan Kopilot Diego Mamahit.

Menurut AirNav Radarbox, pesawat mengalami penurunan ketinggian yang cepat selama fase pendakian dari 10.900 kaki menjadi 7.650 kaki pada pukul 14.40 WIB (07.40 UTC).

Flightradar24 melaporkan bahwa empat menit setelah lepas landas, pesawat turun 10 ribu kaki dalam satu menit.

Kontak terakhirnya dengan pemandu lalu lintas udara adalah pada pukul 14.40 WIB. Pesawat dilaporkan menukik ke Laut Jawa.

Laporan pertama kecelakaan pesawat di Kepulauan Seribu dilaporkan pada pukul 14.30 WIB, ketika seorang nelayan melaporkan bahwa sebuah pesawat jatuh dan meledak di laut.

Pihak Kementerian Perhubungan menyatakan pesawat sempat mengalami sebuah kondisi tidak normal selama penerbangan.

Pesawat tersebut meninggalkan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sesuai prosedur. Pesawat kemudian diizinkan untuk terbang pada ketinggian 29,000 ft.

Baca Juga: Giring Drama di Lokasi Formula E, Golkar: Kalau Pergi-pergi, Otaknya Dibawa, Jangan Ditinggalin

Selama fase pendakian, jalur Penerbangan 182 melenceng menuju arah barat laut. Pemandu lalu lintas udara kemudian menanyakan kondisi tersebut kepada para awak, tetapi pesawat tersebut hilang dari pantauan radar beberapa detik kemudian.

Sedangkan Direktur utama Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena menyatakan, pesawat yang terlibat berstatus laik terbang, meskipun usianya cukup tua.

Ia juga menyatakan penundaan selama 30 menit yang terjadi pada penerbangan tersebut disebabkan oleh cuaca buruk, khususnya hujan lebat, dan bukan kerusakan mekanis.

Pada 10 Februari 2021, preliminary report dirilis oleh KNKT. Dalam laporan tersebut, tenaga mesin throttle bagian kiri berkurang di saat pesawat di ketinggian 8150 kaki. sedangkan bagian kanan tetap.

Pada pukul 14:39:47, di ketinggian 10,600 kaki, pengatur tenaga mesin throttle bagian kiri kembali mundur, sedangkan yang kanan masih tetap. Pesawat kemudian mulai berbelok kiri.

Pada pukul 14:40:05, di ketinggian 10,900 kaki, pesawat mulai turun, dan autopilot tidak aktif. Pesawat mulai pitch up dan miring ke kiri.

Pengatur tenaga mesin bagian kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap. Lima detik kemudian, FDR mencatat autothrottle tidak berfungsi dan pesawat menunduk 10° derajat kebawah. FDR berhenti merekam 20 detik kemudian.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah