1. Orang yang beriman
Secara istilah syariat iman adalah perkataan di lisan, keyakinan dalam hati, diamalkan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh sekian cabang. Yang paling tinggi tingkatannya adalah perkataan 'laa ilaha illallah' (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Selain menjelaskan tentang tingkatan keimanan, hadits ini juga menyiratkan bahwa keimanan itu terdiri dari tiga unsur. Iman itu dengan perkataan, sabda Nabi “perkataan laa ilaaha illallah”.
Baca Juga: Info Haji 2022: Kuota Haji Kemungkinan Kembali ke Normal, Tapi Tergantung Ini
Iman itu diwujudkan dengan perbuatan "menyingkirkan gangguan dari jalanan". Dan iman itu adalah amalan hati, "malu merupakan bagian dari iman".
Ma’asiral muslimin rahimakumullah
2. Yang beramal Shaleh