Pahami Hikmah Serta Tujuan Puasa dalam Surat Al-Baqarah ayat 183-186

- 27 Maret 2023, 14:50 WIB
Hikmah dan tujuan puasa dalam surat Al- Baqarah ayat 183-186
Hikmah dan tujuan puasa dalam surat Al- Baqarah ayat 183-186 /Pexels/

GALAMEDIANEWS - Puasa adalah ibadah yang mekanismenya telah diatur di dalam Alquran secara rinci. Rincian ini dapat dilihat pada urutan ayatayat puasa yang dimulai dariAl-Qur’an Surat (Q.S.) Al-Baqarah ayat 183 sampai Q.S. Al-Baqarah ayat 186. Urutan ayat-ayat puasa ini memberi gambaran tentang dasar kewajiban puasa, analogi, waktu, dispensasi, hikmah, tujuan dan lain-lain.

Rincian ayat-ayat Alquran tentang puasa menyebabkan ibadah puasa minim dari perbedaan pendapat (khilafiyah) bila dibanding dengan ibadah lainnya. Adapun yang menjadi perbedaan adalah ibadah-ibadah lain yang dikaitkan dengan puasa Ramadan seperti shalat tarawih, shalat witir, i’tikaf, tadarrus, qunut shalat tarawih, niat berpuasa dan lailat al-qadr. Kemudian akhir-akhir ini muncul lagi perbedaan pendapat dalam menetapakan awal dan akhir Ramadan apakah dengan ru’yah atau hisab.

Berikut  arti surat Al-Baqarah ayat 183 – 186 :

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimanadiwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyakhari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang beratmenjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan  seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui

 

185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnyaditurunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasanmengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Makahendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu iaberbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, padahari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendakikesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamumengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila iamemohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) danhendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran

Adapun hal-hal yang berkenaan dengan puasa di dalam Q.S. alBaqarah ayat 183 menjelaskan tentang syarat berpuasa yaitu iman. Selanjutnya ditegaskan pula di dalam ayat ini bahwa hukum puasa adalah wajib yang kewajiban ini dimulai dari umat-umat terdahulu. Kemudian ayat ini menjelaskan tentang tujuan dari berpuasa yaitu untuk mencapai prediket takwa.

Setelah Alquran menyebutkan syarat, status hukum dan tujuan berpuasa lalu pada ayat berikutnya disebutkan pula jumlah hari-hari yang diwajibkan berpuasa. Ungkapan tentang jumlah hari ini masih besifat global dan belum dijelaskan secara rinci baik mengenai jumlah harinya maupun waktu pelaksanaannya. Dalam tataran ini Alquran masih memberitahukan bahwa puasa yang diwajibkan itu tidak berlangsung lama.

Masih dalam ayat yang sama, Alquran menjelaskan bahwa ada pengecualian-pengecualian dalam pelaksanaan ibadah puasa. Orang orang yang sedang sakit atau musafir tidak diwajibkan berpuasa pada waktu tersebut tetapi wajib menggantinya pada hari-hari yang lain. Pengecualian berikutnya diberikan kepada orang-orang yang sama sekali tidak sanggup berpuasa tetapi dialihkan dalam bentuk lain yang disebut dengan fidyah.

Di dalam Q.S. al-Baqarah ayat 184 ini digambarkan tentang karakteristik hukum Allah SWT  pada puasa yang memuat motivasi dan pengecualian pengecualian. Maksudnya, hukum Allah SWT  digambarkan di dalam ayat ini tidak bersifat pemaksaan tetapi lebih mengarah kepada kesadaran. Hal ini dapat dipahami dari pernyataan bahwa “puasa itu lebih baik jika kamu mengetahui”.

Adapun pada ayat berikutnya (Q.S. al-Baqarah ayat 185) dijelaskan tentang prinsip hukum Allah SWT  yaitu ingin memudahkan manusia dan tidak untuk mempersulit. Hal ini dapat dilihat dari pengulangan dispensasi untuk orang-orang yang sakit dan musafir. Pengulangan ini mengindikasikan bahwa hukum Allah SWT  bersifat mengatur manusia bukan memaksa.

Jika pada ayat 183 dan 184 belum dijelaskan tentang waktu berpuasa maka pada ayat ini (Q.S. al-Baqarah ayat 185) dijelaskan bahwa puasa dilakukan pada bulan Ramadan. Mengingat bahwa ibadah puasa termasuk ke dalam kategori “berat” maka tidak sepantasnya jika kewajiban tersebut langsung diterapkan. Pola yang seperti ini menunjukkan bahwa untuk memberlakukan suatu ketetapan hendaklah dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.

Ketika ayat sebelumnya menjelaskan tentang karakteristik hukum Allah SWT  maka pada ayat berikutnya (Q.S. al-Baqarah ayat 186) dijelaskan pula tentang hubungan manusia dengan Allah SWT . Ketika ayat ini dimasukkan ke dalam paket ayat-ayat puasa maka dapat dipahami bahwa salah satu tujuan dari ibadah puasa adalah membangun kedekatan manusia dengan Allah SWT . Di dalam ayat ini manusia diposisikan sebagai “hamba atau budak” yang terus-menerus memiliki ketergantungan kepada Allah SWT  sebagai “majikan”. Untuk mendapatkan prediket “hamba atau budak” ini maka puasa adalah jalan yang terbaik ditawarkan oleh ayat ini karena hakikat dari puasa adalah menetralisir hawa nafsu. Urgensi melakukan penetralisiran ini karena hawa nafsu selalu membuat manusia tercerabut dari akarakar kemanusiaannya.

Manusia yang sudah mendapatkan prediket “hamba atau budak” Allah SWT  dapat ditandai melalui tiga hal yaitu melakukan permohonan hanya kepada Allah SWT , memenuhi segala perintah-Nya dan hanya beriman kepada-Nya. Ketiga prihal ini menunjukkan tentang kemurnian tawhid yaitu menempatkan Allah SWT  pada posisi yang paling tinggi lagi mulia dan menempatkan diri pada posisi yang paling rendah lagi hina.

Q.S. al-Baqarah ayat 186 ini pada prinsipnya menjelaskan bahwa hukum-hukum Allah SWT  hanya dapat direspon oleh orang-orang yang dapat memahami tentang Allah SWT . Untuk memahami ini maka puasa memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan terjalinnya hubungan manusia dengan Allah SWT . Dengan kata lain, selama Allah SWT  belum dipahami secara baik dan benar maka hukum-hukum-Nya tidak akan pernah dapat direspon dengan baik.

Berikut hikmah/pelajaran dari ayat  Q.S. Al-Baqarah ayat 183-186 ini antara lain:

  1. Orang yang kaya ketika merasakan pedihnya rasa lapar, membuat dirinyamerasakan derita orang-orang fakir dan miskin. Hal ini akan membuatnya ingin bersedekah karena telah merasakan derita orang-orang fakir dan miskin.
  2. Orang yang berpuasa biasanya banyak menjalankan keta'atan dan maksiatnya berkurang.
  3. Mendarong umat agar semangat untuk melaksanakan puasa, yakni berlomba-lomba dengan generasi sebelumnya dalam menyempurnakan amalan dan bersegera kepada hal yang baik.
  4. Puasa bukanlah hal yang berat yang hanya di bebankan kepada kita.
  5. Dalam ayat ini di jelaskan bahwasannya puasa merupakan sebab terbesar . puasa merupakan tameng bagi seseorang dari perbuatan maksiat karena ia dapatmelemahkan syahwat yang mendorong perbuatan maksiatf.
  6. Dengan berpuasa seseorang akan di latih merasakan bahwa dirinya selalu di awasi Allah ketika puasa.***

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: Buku Tafsir Ayat-Ayat Puasa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x