Hal tersebut dipertegas lagi dengan hadits qudsi yang berbunyi:
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ حَسَنَةٍ عَمِلَهَا ابْننُ آدَمَ إِلَّا كُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيي
Dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda, “Tidak ada kebaikan yang dikerjakan anak Adam kecuali akan ditulis untuknya sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Allah -Azza wa Jalla- berfirman: ‘Kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makanannya hanya karena Aku….” (HR An Nasai, no 2185)
Sehubungan hal itu, Syekh Yusuf al-Qardhawi menjelaskan larangan yang Alquran tetapkan bagi orang berpuasa adalah semacam latihan jiwa untuk meninggalkan selera. Terkhusus pada selera perut dan kelamin.
Baca Juga: ANIME BORUTO Tunjukkan Akhir Sempurna untuk Bagian 1
Hal itupun merupakan bentuk pembebasan diri dari tradisi yang sudah melekat dalam kebiasaan manusia, seperti makan pagi dan siang di jam-jam tertentu.
Mana kala datang perintah puasa, umat Islam harus mengubah kebiasaan tersebut secara total. Semua ini demi mencapai ketaatan kepada Allah dan mengharapkan pahala dari sisi-Nya.
Soalnya inti puasa memang bertujuan untuk memotong hasrat yang menyumbat jalan-jalan setan melalui cara lapar, dahaga, dan perjuangan diri di jalan Allah.
Baca Juga: Doa Berbuka Puasa yang Dianjurkan, Tulisan Arab dan Latin
Hal itu sebagaimana firman-Nya: