HARI PALING MENYEDIHKAN Bagi Umat Muslim, Sahabat Kebingungan Urusi Jenazah Rasulullah SAW

- 8 Juni 2023, 20:01 WIB
Ilustrasi kisah Nabi Muhammad SAW/Freepik
Ilustrasi kisah Nabi Muhammad SAW/Freepik /

 

GALAMEDIANEWS - Pada 8 Juni 2023, merupakan hari yang paling menyedihkan bagi umat muslim. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW) wafat pada hari Senin pagi, pada 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah atau 633 Masehi, di usia 63 tahun lebih empat hari.

Sehari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, sejumlah Sahabat hendak menyiapkan segala sesuatu untuk pemakaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika hendak memandikan jenazahnya, mereka kebingungan dan berselisih, apakah mereka harus membuka pakaian Rasûlullâh sebagaimana yang biasa mereka lakukan saat memandikan jenazah yang lain ataukah memandikan jenazah Beliau dengan tanpa melepaskan baju?

Baca Juga: Harga Tiket Transformers: Rise of the Beasts disertai Sinopsis hingga Jadwal Tayang, Cek Harganya di Sini

Dalam keadaan seperti itu, Allâh Azza wa Jalla mendatangkan rasa kantuk kepada mereka semua, kemudian mereka mendengar suara seseorang menyuruh mereka untuk memandikan jenazah dengan tanpa melepas pakaian.

Tak ada seorangpun diantara para Sahabat yang mengetahui, siapakah orang yang berbicara itu? Akhirnya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu memandikan jenazah Rasûlullâh dengan dibantu oleh beberapa Sahabat lainnya. Mereka membasahi jenazah dengan lembut tanpa melepas baju yang dikenakan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu mendapatkan kemuliaan dengan menggosok-gosok jasad Rasulullah dengan lembut. Ali Radhiyallahu anhu bercerita, “Saya terus memperhatikan jenazah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan detail, saya tidak mendapatkan apapun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu selalu dalam keadaan baik, ketika masih hidup maupun ketika sudah wafat.”

Usai dimandikan, jenazah Rasûlullâh dikafankan dengan tiga lapis kain berwarna putih. Beliau tidak dipakaikan baju dan juga surban.

Lalu para Sahabat menyalati jenazah Rasulullah sendiri-sendiri tanpa ada seorang imam yang mengimami mereka. Shalat jenazah diawali oleh kaum laki-laki dewasa, kemudian anak-anak kecil, lalu para wanita dan terakhir para budak.

Rasulullah dimakamkan di rumah ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anhuma yang berada di luar masjid Nabawi kala itu.

Saat Ketika hendak menggali kubur Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , para para Sahabat kembali berselisih pendapat tentang bagaimana kuburan Rasûlullâh? Apakah dibuatkan lahat, atau hanya dibuatkan sebuah lubang begitu saja?

Baca Juga: Gaji dan Alasan Lionel Messi Pindah ke Inter Miami Akhirnya Terungkap, Ternyata Klub MLS Itu Beri Upah Segini

Pada saat itu, di Madinah ada dua penggali kubur, yang satu menggali dengan membuat lahat, sementara yang satu lagi hanya berupa lubang biasa saja. Karena tidak bisa memutuskan, akhirnya para Sahabat sepakat untuk melakukan shalat Istikharah untuk memohon petunjuk kepada Allâh Azza wa Jalla lalu setelah mereka itu mereka mengirim utusan kepada dua orang penggali kuburan itu, siapapun diantara dua orang ini yang datang, maka dialah yang menggali kubur Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan caranya sendiri.

Ternyata yang lebih dahulu datang adalah orang yang biasa menggali kuburan dengan ditambahkan lahat. Akhirnya kuburan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuatkan lahat.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakamkan dengan beralaskan sebuah kain merah, kemudian setelah itu, sebuah batu ditancapkan di atasnya. Kuburan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditinggikan sekitar satu jengkal dari tanah semula.

Setelah pemakaman selesai, Anas Radhiyallahua anhu lewat didepan rumah Fathimah binti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Fathimah Radhiyallahu anhuma berkata kepada Anas Radhiyallahua anhu, “Wahai Anas! Apakah kalian sanggup menimbunkan pasir ke jenazah Rasûlullâh?!”

Baca Juga: 6 Rekomendasi Destinasi Wisata di Magetan Jawa Timur Paling Hits dan Kekinian, Wajib Kamu Kunjungi!

Wahai saudara-saudaraku, kaum Muslimin dan Muslimat! Setiap orang yang meninggal dunia itu memiliki warisan. Namun Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mewariskan atau tidak meninggalkan dirham apalagi dinar, tidak juga kambing atau unta.

Para Nabi itu tidak boleh diwarisi. Harta yang mereka tinggalkan ketika mereka meninggal dunia menjadi sedekah, bukan harta yang diwariskan. Ketika wafat, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan warisan yang begitu agung. Mestinya, semua kaum Muslimin berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Tidak boleh ada seorang pun yang dihalanginya dari warisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut juga tidak boleh menghalangi jika ada orang terus ingin mendapatkan tambahan dari warisannya.

Semua kaum Muslimin berhak mengambil apapun yang mereka kehendaki dari warisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Diantara manusia, ada yang mengambilnya untuk dirinya sendiri, ada juga yang menolong orang lain untuk mendapatkannya, dengan mendukung dan menyokong sekolah-sekolah, ma’ad-ma’had dan mejelis-majelis yang mengajarkan al-haq. Itulah ilmu yang merupakan warisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah hilang sampai hari kiamat.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x