Apakah Covid 19 Sepenuhnya Sudah Punah dari Dunia, termasuk Indonesia? Temukan Jawabannya di Dini

- 12 Maret 2024, 13:40 WIB
Ilustrasi Covid 19 yang sempat meresahkan.
Ilustrasi Covid 19 yang sempat meresahkan. /Pixabay/MintBlack4u/

 

GALAMEDIANEWS – Covid 19 sempat meresahkan setiap orang pada tahun 2020 dan menjadi pertanyaan besar masihkah virus itu ada didunia termasuk Indonesia. Banyak korban jiwa berjatuhan pada saat pandemi yang banyak juga yang berduka kehilangan keluarga.

Pandemi ini memicu dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dalam jangka panjang dengan pemeriksaan kesehatan preventif.

Dalam penyelidikan awal yang telah diterbitkan pada Jumat lalu di JAMA Health Forum, para peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center yang berafiliasi dengan pencegahan di kalangan orang dewasa AS antara tahun 2019 dan 2022.

Baca Juga: Ide Sahur Praktis dan Viral Resep Tempe Goreng Marinasi Sambal Cobek Terasi Legit ala Rudy Choirudin

Para peneliti mengamati bahwa pada tahun 2021, terdapat lebih sedikit pasien yang melakukan rawat jalan dan melakukan pemeriksaan tekanan darah, kolestrol, gula darah, dan kanker dibandingkan sebelum pandemi.

Dikutip dari The Harvard Gazette pada Selasa, 12 Maret 2024. Para Ilmuwan menunjukkan bahwa akses terhadap layana sangat bervariasi antara kelompok ras dan etnis.

“Temuan kami menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan preventif tidak kembali ketingkat sebelum terjadi pandemi yang memiliki implikasi kesehatan yang sangat penting. Konsekuensi dari gangguan dalam pemeriksaan kesehatan preventif selama pandemi ini dapat berdampak buruk dalam jangka panjang, terutama jika pola tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Temuan kami bahwa pemeriksaan kesehatan preventif kembali ke tingkat sebelum pandemi memiliki implikasi kesehatan,” ujar Rishi K. Wadhera, selaku koresponden dan kepala bagian Kebijakan dan Kesetaraan Kesehatan di Richard A. dan Susan F. Smith Center untuk hasil penelitian Kardiologi di BIDMC.

Dengan menggunakan data yang tidak terindentifikasi dari lebih sekitar 90.000 koresponden melakukan survei kesehatan. Wadhera dan rekannya mengevaluasi akses terhadap layanan kesehatan reguker dan preventif serta menilai apakah ras dan etnis atau faktor sosial dan ekonomi berperan.

Baca Juga: BUKBER Ramadhan Bareng Keluarga dan Kekasih di Kopi Setia Jatinangor Tempat Nongkrong Hits Suasana Romantis

Meski tidak ada perubahan dalam keterserdiaan tempat perobatan pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2021 kunjungan kesehatan pada tahun lalu dilakukan pada tahun 2021 untuk orang dewasa dan mengalami penurun signifikan yang terjadi pada orang dewasa di Asia.

Kemungkinan orang dewasa berkulit putih dan hitam atau hispanik melakukan kunjungan kesehata telah meningkat kembali pada tahun 2022 namun tetap berada pada tingkat sebelum pandemi bagi orang dewasa di Asia.

Orang dewasa yang telah menderita penyakit kardiovaskular, kadar glukosa darah dan kanker serviks, payudara dan prostat secara keseluruhan lebih rendah pada tahun 2021, dibandingkan pada tahun 2019 yang dialami di Asia mengalami penurunan lebih tajam, untuk skrinning kanker kolorektal, orang berkulit hitam dan putih mengalami penurunan landai paling tajam.

Baca Juga: Mudik Gratis Lebaran 2024 Bareng Pegadaian, Link, Jadwal Pendaftaran, Syarat Berikut Rute dan Kota Tujuan

Para peneliti telah menunjukkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh gagguan cakupan asuransi selama pandemi, secara keseluruhan lebih sedikit orang yang melaporkan menunda melakukan perawatan medis dan tidak menerima perawatan karena biaya yang terjadi pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2019.

Temuan ini disebabkan oleh pemerintah Federal dan negara bagian yang memperkuat perlindungan jaringan pengamanan, termasuk memperluas cakupan Medicaid melalui ketentuan pendaftaran berlanjutan sebagai tanggapan terhadap pandemi Covid 19 pada tahun 2020 yang memitigasi hilangnya cakupan tersebut. Ketentuan pendaftaran berkelanjutan Medicaid berakhir pada tahun 2023 dan diperkirakan 16 juta orang telah dicabut dari pendaftarannya.

“Penyakit jantung dan kanker penyebab utama kematian dan rendah tingkat pemeriksaan rutin dapat berpotensi memicu konsekuensi terhadap morbiditas dan mortalitas dalam jangka panjang, terutama meningkatnya penyakit kardiometabolik pada orang dewasa muda,” kata Chris Alba selaku penulis dan mahasiswa kedokteran di Harvard dan peneliti di Smith Center.

Baca Juga: Bek Vietnam Beri Sindiran Menohok Jelang Pertandingan Melawan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

“Populari ras dan etnis minoritas menerima pemeriksaan untuk melakukan pencegahan paling sedikit terjadi pada tahun 2019 dan pemulihan lebih lambat dari gangguan terkait pandemi pada layanan ini dapat memperburuk kesenjangan layanan kesehatan di tahun mendatang, temuin ini meyoroti kebutuhan mendesak akan sistem kesehatan terpadu, kesehatan masyarat, dan upaya kebijakan kesehatan untuk meningkatkan pemeriksaan pencegahan diantara semua orang dewasa AS yang memenuhi syarat,” ungkap Alba.

Dalam analisis kumpulan data yang diterbitkan oleh Annals of Internal Medicine,Wadhera meneliti mengenai bagaimana pandemi berdampak pada keterbatasan pangan di kalangan rumah tangga berpenghasilan rendah.

Tim menunjukkan bahwa keterbatasan pangan menurun dari 21% pada tahun 2019, menjadi 16% pada tahun 2021 dan meningkat pada tahun 2022.

Baca Juga: Ide Takjil Unik Resep Cente Sagu Mutiara Lapis ala Rudy Choirudin Manis dan Lembut

Diantara kelompok berpenghasilan rendah yang menerima tunjangan nutrisi federal sebagai bagian dari Program Bantuan Gizi Tambahan, keterbatasan pangan menurun secara signifikan dari 35% pada tahun 2019 menjadi 22% pada tahun 2021 dan tetap lebih rendah pada tahun 2022.

Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan dalam manfaat bantuan gizi tersebut yang diberlakukan sebagai respons terhadap pandemi Covid 19 yang kini telah berakhir di negara bagian.

Kendati demikian virus itu akan tetap ada dan sangat bervariasi jenisnya, jadi masa Endemi bukan berarti Covid 19 telah hilang sepenuhnya. Namun dampak yang dirasakan karena pandemi banyak perusahaan mengalami PHK sehingga banyak pengangguan dan mengalami kerugian ekonomi.

“Meski pengangguran dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi ini semakin memburuk, keterbatasan pangan menurun pada tahun 2021 di kalangan orang dewasa berpenghasilan rendah dann hal ini menyoroti pentingnya peningkatan manfaat gizi yang pernah terjadi sebelummya melalui Program Bantuan Gizi selama pandemi,” ujar Wadhera.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: The Harvard Gazette


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah