Diprediksi Bakal Hilang, Permainan Tradisonal Banyak Digali dan Dimainkan Di Tengah Pandemi Covid-19

- 27 Oktober 2020, 07:46 WIB
Permainan Congklak salah satu permainan tradisional berbasis rumahan yang mulai dimainkan warga di saat pandemi covid-19
Permainan Congklak salah satu permainan tradisional berbasis rumahan yang mulai dimainkan warga di saat pandemi covid-19 /selipan.com/

 

GALAMEDIA - Selama masa pandemi coviid-19 banyak kegiatan yang terpaksa dilakukan di rumah, termasuk kegiatan bermain untuk anak-anak. Bahkan, anak-anak dipaksa untuk belajar secara daring di rumah dengan jaringan internet.

Kegiatan daring ini pun ternyata berdampak pada anak-anak untuk bisa bermain secara daring atau oline (games on line) agar bisa berinteraksi dengan kawannya walaupun secara daring.

Munculnya permainan (games) secara online ini diprediksi akan menghilangkan permainan tradisional, terutama pada masa Pandemi Covid-19. Namun ternyata itu meleset. Ada perkembangan di masyarakat, mereka menggali permainan tradisional berbasis rumahan, sehingga permainan tradisional naik daun di masa pandemi Covid dan banyak dimainkan oleh anak-anak di dalam rumah.

"Saya excited sekali, ternyata banyak permainan tradisional Indonesia justru naik daun dan banyak dimainkan oleh anak-anak, seperti bola bekel, congklak, bermain gambar, bobonekaan, bermain karet gelang, sondah dan banyak lagi," ujar peneliti permainan tradisional, Dr. Mohamad Zaini Alif di Bandung, Selasa 27 Oktober 2020.

Baca Juga: Pabrik Petasan di Kosambi Tangerang Meledak, 48 Orang Tewas Pada 27 Oktober 2017

Sebelumnya Zaini memprediksi selama pandemi permainan tradisional akan hilang satu persatu seiring banyaknya permianan online (games online) yang dimainkan anak-anak untuk menghilangkan rasa jenuh usai belajar daring.

"Tapi prediksi itu meleset. Mungkin anak merasa bosan ya, selama tujuh bulan diam di rumah dan belajar secara daring. Keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain menuntun mereka untuk memainkan permainan tradisional," ujarnya.

Menurut Zaini, bermain permainan tradisional untuk anak-anak sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, sosial, empati dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan beberapa sekolah termasuk sekolah internasional sering melakukan webinar tentang permainan tradisional.

"Bahkan beberapa webinar memunculkan permianan tradiusioal di dalam rumah. Saya seminggu 3 kali mengisi webinar permaian tradiosional yang berbasis rumahan," kata Zaini yang juga Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) ini.

Baca Juga: Brace Lucas Alario Bantu Leverkusen Menang 3-1 Atas Augsburg di Bay Arena

Menurut Zaini, permainan tradisional berbasis rumahan ini menguntungkan bagi anak, terutama bisa menurunkan Psikosomatis pada anak karena terlalu lama belajar di dalam rumah.

"Bayangkan lebih dari tujuh bukan anak-anak belajar daring di dalam rumah, tetunya psikosomatisnya akan terganggu terlebih dengan pemberitaan soal Covid-19 setiap hari. Tapi dengan menggali permainan tradisional berbasis rumahan resiko ini bisa diturunkan," terangnya.

Dr. Mohamad Zaini Alif S.Sn, M.Ds
Dr. Mohamad Zaini Alif S.Sn, M.Ds

Dikatakan Zaini, dalam permainan tradisional ini baik rumahan atau di luar rumah, dibutuhkan sentuhan dengan alam, seprti tanah, air, air, dan sinar matahari. Ini yang tidak diperoleh di permianan online.

Zaini pun baiknya permainan tradisional berbasis rumahan ini dimainkan di luar rumah untuk zona hijau bersama teman atau tetangga. "Tapi untuk zona kunig, oranye maupun merah baiknya dimainkan di dalam rumah, cukup berinteraksi dengan orang tua, adik atau kakak," tambahnya.

Baca Juga: Rekor AC Milan Dihentikan AS Roma di Stadion Giuzeppe Meazza Lewat Drama Enam Gol

Sementara Sjamsul Hadi. SH.MM, Direktur Kepercayaaan Kepada Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbud RI mengatakan, naik daunnya permainan tradisional pihaknya mendorong agar permainan tradisional segera masuk ke kurikulum pendidikan.

Menurut Sjamsul, pihak Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) bersama pusat kurikulum tengah menyusun modul permaionan tradisional untuk masuk kurikulum.

"Pihak puskur tengah menyusun modul kurikulum pembelajaran yang memudahkan anak untuk belajar yang berbasis dengan kebudayaan tradisional mereka, seperti pendidikan sains, pendidikan jasmani (penjas), dan pendidikan seni budaya yang semuanya berbasis dari permainan tradisional (budaya mereka)," ujarnya.

Baca Juga: Pagi hingga Siang Ini, Bandung dan Sekitarnya Akan Diguyur Hujan Ringan, Sedia Payung dan Jas

Ketiga pelajaran ini sudah dimasukan ke kurikulum pendidikan dasar mulai dari kelas 1 hingga 6 Sekolah Dasar (SD). "Saat ini masih digodog dan disusun, semoga dalam waktu cepat bisa diterapkan," tambahnya.

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x