Hari Pahlawan: Kisah 'Puasa 40 Hari' Bung Tomo dan Istrinya, Karena Menikah Saat Masa Revolusi

- 3 November 2020, 12:55 WIB
Foto Pernikahan Bung Tomo
Foto Pernikahan Bung Tomo /Historia.id

Dalam iklan perkawinan Bung Tomo dengan Sulistina di Harian Boeroeh, 16 Juli 1947, pucuk pimpinan BPRI menyetujui perkawinan itu pada 19 Juni 1947, dengan perjanjian:

“Setelah ikatan persahabatan mereka diresmikan, mereka akan lebih memperhebat perjuangan untuk rakyat dan revolusi; meskipun perkawinan telah dilangsungkan, mereka tidak menjalankan kewajiban dan hak sebagai suami-istri sebelum ancaman terhadap kedaulatan negara dan rakyat dapat dihalaukan.”

Iklan tersebut, menurut Soe Hok Gie, memperlihatkan Bung Tomo merasa berdosa karena perkawinannya dilangsungkan di tengah suasana revolusi.

Baca Juga: Hari Pahlawan, Ini Detik-detik Pertempuran Surabaya dan Semangat Rakyat Mempertahankan Kemerdekaan

Seolah-olah dia hanya mencari kenikmatan pribadi. Mereka kemudian berjanji tidak akan menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami-istri sampai ancaman terhadap kedaulatan berakhir.

“Kami harus berjanji melaksanakan dengan patuh, syarat ini demi keselamatan negara,” kata Sulistina.

Menurut kepercayaan orang-orang tua, bila pemimpin pasukan atau negara menikah di masa perang, pantang baginya melakukan hubungan suami-istri selama 40 hari. Jika dilanggar akan ada medan perang yang dibobol musuh.

Baca Juga: Hari Pahlawan: Bentuk Perlawanan Rakyat Membela Republik yang Masih Muda, Ini Sejarah Lengkapnya


“Entah dari mana tradisi itu, namun demi keselamatan negara kami berjanji akan mematuhi,” kata Sulistina.

Bung Tomo pun meyakini kepercayaan tersebut dan meminta kepada istrinya, “Kita jalani puasa 40 hari ini ya. Demi keberhasilan perjuangan.” Sulistina mengangguk.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x