Waspada! Satu Dunia Bakal Alami 'Mati' Internet, Para Astronom Peringatkan Bumi Akan Diterjang Badai Matahari

9 September 2021, 14:29 WIB
Ilustrasi internet. /Pixabay

GALAMEDIA - Para astronom telah memperingatkan tentang kekuatan destruktif badai Matahari yang diprediksi akan menerjang Bumi dalam beberapa waktu kedepan.

Di antara berbagai ancaman yang mengintai di kedalaman ruang, badai Matahari merupakan ancaman yang paling dekat dengan Bumi.

Dipicu oleh ledakan radiasi elektromagnetik, plasma, dan partikel bermuatan dari Matahari, peristiwa cuaca ruang angkasa ini berpotensi melumpuhkan satelit atau mengganggu jaringan listrik.

Dalam 200 tahun terakhir, para astronom telah mencatat dua badai Matahari yang bertanggung jawab atas gangguan global, salah satunya adalah Peristiwa Carrington tahun 1859.

Baca Juga: Empat Tewas dalam Tabrakan Karambol yang Libatkan Truk, Mobil dan Motor di Semarang

Baca Juga: Anak di Bawah 12 Tahun Belum Bisa Masuk Mal, Jubir Luhut Berikan Penjelasan

Jika peristiwa tersebut terjadi hari ini, kemungkinan akan mematikan internet, melumpuhkan satelit GPS dan memicu pemadaman listrik global.

Diketahui, peristiwa mengerikan tersebut pernah hampir saja melanda planet Bumi kita tercinta pada 2012 lalu

Menurut NASA, ancaman ruang angkasa tersebut memiliki potensi cukup besar untuk menjatuhkan peradaban modern kembali ke abad ke-18

“Beruntungnya, badai Matahari tersebut berayun melewati planet ini tanpa mendaratkan pukulan sekilas,” kata NASA dilansir Galamedia dari Express pada Kamis, 9 September 2021.

Sebaliknya, ledakan plasma dan medan magnet menyapu pesawat ruang angkasa STEREO-A.

Fisikawan memeriksa CME dan pada tahun 2014 menyusun laporan suram tentang kerusakan yang mungkin ditimbulkannya pada infrastruktur Bumi.

Baca Juga: PUBG Lovers Berkumpul! Berikut Update Kode Redeem PUBG Kamis, 9 September 2021: Ada Deretan Hadiah Menarik!

Baca Juga: Syifa Hadju Pamer Potret Nyender di Bahu Rizky Nazar, Netizen Auto Baper Lihatnya

Menurut laporan mereka, total dampak ekonomi dari badai Matahari tersebut akan melampaui 1,45 triliun poundsterling atau senilai Rp 28,5 kuadriliun dengan dampak per hari sebesar 30 miliar poundsterling atau senilai Rp 589 miliar.

Badai Matahari awalnya akan mengganggu sinyal GPS dan memicu pemadaman radio, membuat dunia dalam keadaan kacau.

Kemudian, ketika sebagian besar bahan Matahari langsung jatuh ke atmosfer, para ahli memperkirakan pemadaman listrik yang meluas akan menonaktifkan hampir semua yang dicolokkan ke stopkontak.

Menurut NASA, badai Matahari bahkan akan menonaktifkan fasilitas dasar seperti toilet karena pemasok air perkotaan bergantung pada pompa listrik.

Baru-baru ini, para peneliti di University of California, Irvine, telah menerbitkan sebuah makalah di mana mereka mengidentifikasi badai Matahari sebagai satu-satunya ancaman terbesar bagi web di seluruh dunia .

Baca Juga: Pendapatan Transaksi Treasury BRI Tumbuh Signifkan, Fee dan Other Operating Income Jadi Andalan

Dalam studi tersebut, pakar Ilmu Komputer Sangeetha Abdu Jyothi mengatakan dampak dari badai Matahari besar dapat menyebabkan antara 20 dan 40 juta orang tanpa akses listrik selama dua tahun.

"Ahli astrofisika memperkirakan kemungkinan badai matahari dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan gangguan bencana yang terjadi dalam dekade berikutnya menjadi 1,6 hingga 12 persen,” katanya.

"Memperhatikan ancaman ini dan merencanakan pertahanan terhadapnya, seperti upaya awal kami dalam makalah ini, sangat penting untuk ketahanan Internet jangka Panjang," katanya, melanjutkan.

Negara seperti AS dan Inggris telah mengambil beberapa langkah untuk mempersiapkan pemadaman badai matahari.

Di Inggris misalnya, Mark Prouse, wakil direktur Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri, mengatakan National Grid menimbun transformator cadangan dan melakukan latihan untuk kemungkinan seperti itu.

Badan antariksa seperti NASA dan European Space Agency (ESA) juga mempelajari Matahari dari dekat untuk lebih memahami bagaimana kita dapat memperkirakan badai Matahari jauh sebelumnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler