ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Akankah Menjadi Ancaman atau Tantangan (Bagian Kedua, Tamat)

20 Februari 2023, 14:26 WIB
Ilustrasi ChatGPT./pixabay @Alexadra_Koch /

GALAMEDIANEWS – ChatGPT mampu mengubah wajah pendidikan. Namun,bagaimana caranya teknologi buatan tersebut melakukannya ? Serta menguak sisi positif maunpun negatif dalam memandangnya bagi pendidikan sebagaimana dikutip dari DW.

Data yang masih sedikit untuk menaksir ancaman ChatGPT Debarka Sengupta, ahli di bidang AI dan berlokasi di New Delhi mengatakan bahwa, “Semua orang di India tahu tentang ChatGPT,”.

Ia adalah pimpinan dari pusat AI dari Institut Teknologi India Delhi. Sengupta khawatir standar akademik akan menurun seiring dengan bergantungnya pelajar kepada teknologi.

Baca Juga: 5 Wisata Kuliner Enak di Bandung, Instagramable dan Cocok untuk Nongkrong

Jika mereka berhenti untuk menulis esai dan justru malah menggunakan ChatGPT, Sengupta mengatakan mereka akan “sangat amat memiliki rasa ketergantungan dan tidak kompeten”.

Kendati demikian, data yang dibutuhkan masih sedikit untuk mendukung ketakutan seperti itu – mengingat ChatGPT baru saja muncul sekitar beberapa bulan yang lalu-.

Sengupta mengatakan, “plagiarisme dan kecurangan akan selalu terjadi” dan motivasi pelajar untuk belajar tidak boleh diremehkan. Sharpels menambahkan, “ Pelajar pergi ke universitas untuk belajar, bukan untuk melakukan kecurangan.”

Bagaimana chatbots AI dapat membantu?

Baca Juga: 5 Wisata Kuliner Enak di Bandung, Instagramable dan Cocok untuk Nongkrong

Bernadette Mathew adalah salah satu murid dari Sengupta dan sedang melakukan penelitian mengenai pertumbuhan kanker untuk meraih gelar PHD di bidang biologi.

Mathew melakukan uji coba pada sejumlah besar data terkait analisis akan tetapi hal tersebut tidak mampu untuk diselesaikannya sendiri.

Jadi, ia mempelajari mengenai bahasa pemprograman agar komputernya dapat melakukan automatisasi dan mempercepat proses analisis data.

Namun, mempelajari coding membuatnya harus berjuang di samping ia juga sedang melakukan riset. Sengupta sempat mendengar kabar mengenai kesulitan Mathew dan memperkenalkannya pada ChatGPT, hingga Mathew menganggapnya adalah sebuah bantuan besar.

Baca Juga: Anis Matta dan Fahri Hamzah Duet Capres dan Cawapres Pemilu 2024, dan Siap Wujudkan Indonesia Super Power Baru

Chatbot menjelaskan mengenai hal yang tidak diketahuinya mengenai kode, menemukan kesalahan dalam codingnya dan terkadang membuatkan bahasa pemprograman untuknya. Mathew mengatakan ini berhasil selama nyaris 99% dalam penggunaannya.

Hal terbaiknya adalah, ChatGPT tidak hanya membantunya tetapi juga memberikan pemahaman mengenai bahasa pemprograman.

Mathew berujar AI membuatnya merasa “diberdayakan” untuk bekerja secara independen. Ia menambahkan, “chatting dengan ChatGPT seperti mengobrol dengan orang yang sesungguhnya. Kalau saja saya mengetahuinya dari lama, saya dapat menghemat lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan pekerjaan” ujar Mathew.

Baca Juga: Link Nonton Mantan Tapi Menikah Episode 8 Full Movie pengganti LK21: Jadwal Tayang, Sinopsis dan Pemeran

Matthew mengatakan, chatbots ini “merevolusi” pekerjaan para ahli biologi dan membuat peneliti untuk fokus pada risetnya, daripada membuat mereka untuk mempelajari bahasa pemprograman.

Wessel mengatakan, ChatGPT juga dapat membantu pelajar di area lainnya seperti penulisan untuk kata pertama di esai atau penutup, sebagai bagian dari mengatasi ‘ketakutan akan kertas kosong’.

CHatGPT sebagai kalkulator

Daniel Lametti, seorang psikolinguis Kanada di Universita Acadia, Nova Scotia mengatakan ChatGPT membantu teks akademik sebagaimana yang dilakukan kalkulator di matematika.

Baca Juga: Chat GPT dalam Dunia Pendidikan, Akankah Menjadi Ancaman atau Tantangan? (Bagian Pertama)

Sebelum adanya penemuan kalkulator, seringkali yang terpenting hanya berkutat di hasil akhinya yaitu solusi.

Namun, ketika adanya kalkulator hal yang penting adalah bagaimana seseorang mampu memecahkan masalahnya.

Beberapa ahli pun menyarankan hal serupa dapat pula terjadi di penulisan akademik, tidak hanya mengevaluasi tetapi juga terkait penyuntingan dan improvisasi teks yang dihasilkan oleh AI yakni berupa metode.

Peranan manusia

ChatGPT tidak mengerti bagaimana cara bekerja sebuah esai maupun makna dari sebuah bahasa.

Baca Juga: Pantai Kelapa Tuban, Wisata Alam Fotogenik Nyiur Kelapa

Seperti halnya burung beo yang mendengar obrolan orang-orang dan mereplikasi ucapannya, chatbot AI hanya memproses data yang sudah diprogram dan hal tersebut dapat pula menjadi masalah. Jadi, manusia tetap harus mengevaluasi hasil dari chatGPT.

Proses penyuntingan terkadang rumit dan hal tesebut membutuhkan keilmuan mumpuni yang diperoleh dari ilmu di universitas.

Para ahli yang telah diwawancarai oleh DW mengatakan teknologi tidak akan menghilang dan beradaptasi dengan ChatGPT merupakan suatu tantangan. Namun, di sisi lain ini juga merupakan kesempatan untuk universitas menjadi lebih baik dalam pengajaran dan pendidikan.***

Editor: Reza Rafaeza

Sumber: DW

Tags

Terkini

Terpopuler