Waspada! WHO Telah Menerima Laporan Mengenai Virus Marburg, Kenali Gejala dan Penyebaran Virus ini

30 Maret 2023, 05:43 WIB
Ilustrasi: Waspada! WHO telah menerima laporan mengenai Virus Marburg, Kenali Gejala dan Penyebaran Virus ini. Kita harus waspada./ Pixabay @icsilviu /

GALAMEDIANEWS - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan mengenai kasus Penyakit Marburg yang berasa dari Guinea Ekuatorial pada 13 Februari 2023. Sampai saat ini belum dilaporkan kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia, namun pemerintah tetap meminta masyarakat untuk waspada.

 

Kementerian Kesehatan RI menyatakan, sampai saat ini belum menerima laporan adanya Masyarakat yang terjangkit virus Marburg di Indonesia. Namun begitu Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan menjaga imunitas tubuh supaya tidak terjangkit Virus ini.

Penularan virus ini bisa diakibatkan dari Hewan seperti Kelelawar dan kontak antar manusia. Virus ini bersifat jarang namun dapat mengakibatkan angka kematian yang besar.

Virus ini diidentifikasi pertama kali pada tahun 1967 secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Belgrade, Serbia. Setelah penemuan kasus tersebut, dilaporkan wabah dan kasus sporadis di Angola, RD Congo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.

Baca Juga: Indonesia RESMI BATAL Jadi Tuan Rumah Piala Dunia FIFA U-20 2023

Apa itu Penyakit Virus Marburg

 

Bagi yang belum tau apa itu virus Marburg, Berikut ini adalah penjelasannya.

Virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus Marburg (termasuk dalam famili filovirus yang merupakan satu famili dengan virus Ebola) yang dapat ditularkan dari kelelawar dan antar manusia. Penyakit ini bersifat jarang namun dapat mengakibatkan wabah dengan angka kematian yang besar (24-88% atau sekitar 50%)

Baca Juga: Pemilihan Sekda Kabupaten Bandung Barat Harus Hati-hati, Sejarah Kelam Jangan Sampai Terulang

Gejala dan Tanda Seseorang terjangkit virus Marburg

 

Gejala penyakit virus Marburg dapat muncul secara tiba-tiba, dengan demam tinggi, sakit kepala parah, malaise parah, dan nyeri otot. Pada hari ketiga, seseorang dapat mengalami diare berair yang parah, nyeri perut, kram, mual dan muntah dimana diare dapat bertahan selama seminggu. Selain itu, pada fase ini seseorang dapat terlihat memiliki mata cekung. Pada 2-7 hari setelah awal gejala, ruam yang tidak gatal dapat timbul.

Gejala berat berupa perdarahan dapat terjadi pada hari kelima hingga ketujuh, dan pada kasus fatal perdarahan terjadi di beberapa area. Perdarahan dapat terjadi di hidung, gusi, dan vagina serta dapat keluar melalui muntah dan pada feses. Selama fase penyakit yang berat, pasien menderita demam tinggi, dan gangguan pada sistem saraf pusat sehingga dapat mengalami kebingungan dan mudah marah. Orkitis (radang testis) telah dilaporkan kadang-kadang pada fase akhir penyakit (15 hari).

Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan darah yang parah dan syok.

Terhadap wabah terakhir yang sedang berlangsung di Guinea Ekuatorial, gejala yang dialami kasus konfirmasi dan kasus suspek adalah demam, fatigue, muntah darah, dan diare. Sementara untuk wabah di Tanzania, gejala yang dilaporkan adalah demam, muntah, perdarahan, dan gagal ginjal.

Baca Juga: GEMPA CIANJUR, Longsoran Timpa Rumah Warga, Kandang Sapi Hingga Jalan Utama

 


Cara mengetahui Seseorang terkena virus Marburg

 

Diagnosis penyakit virus Marburg dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium yang meliputi antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), tes deteksi antigen-capture, serum neutralization, reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), electron microscopy, dan isolasi virus dengan kultur sel.

Sumber : kemenkes.go.id

Orang yang beresiko Terkena virus Marburg

Kelompok yang berisiko tertular virus Marburg adalah keluarga dan petugas medis yang merawat pasien yang terkena penyakit virus Marburg tanpa menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).

Selain itu, seseorang dengan riwayat perjalanan pada negara endemis di Afrika dan memiliki kontak dengan kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus) atau memasuki gua/tambang yang menjadi tempat tinggal kelelawar tersebut.


Cara Mencegah Virus Marburg

1. Mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg. Apabila seseorang harus mengunjungi area habitat kelelawar tersebut, maka dapat menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya seperti masker
2. Konsumsi daging secara matang, termasuk saat di daerah wabah virus Marburg
3. Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya
4. Bagi petugas kesehatan, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
5. Mencuci tangan secara rutin terutama ketika mengunjungi seseorang yang sakit atau setelah melakukan penanganan terhadap orang yang sakit di rumah
6. Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan jaringan tubuh penderita penyakit virus Marburg dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan PPI
7. Menunda perjalanan pada wilayah yang saat ini terjadi wabah. Bila tidak memungkinkan, perhatikan risiko dan anjuran pemerintah wilayah/negara tujuan

 

 


Belum ada vaksin yang tersedia di dunia, vaksin masih dalam pengembangan. Saat ini ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen.

“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” ucap dr. Syahril.***

 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: kemenkes.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler