Krisis Terbesar, Kamp Lesbos Hancur Anak-anak dan Balita Lelap Bergeletakan di Jalanan Yunani

11 September 2020, 15:23 WIB
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Ribuan migran termasuk balita tidur di sepanjang jalanan pulau Lesbos, Yunani setelah kobaran api menghancurkan kamp darurat mereka hingga rata dengan tanah. Para migran  berlarian menyelamatkan diri tanpa tujuan pasti saat api berkobar.

Mereka tidur di mana saja mulai dari pinggiran jalan, tempat parkir supermarket hingga ladang yang tersebar di pulau yang tadinya diharapkan menjadi pijakan harapan.

Baca Juga: Dukung PSBMK, Ajay Minta Kesepakatan Bersama Kepala Daerah yang Berbatasan dengan Kota Cimahi

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Jumat (11 September 2020) Lesbos, Yunani saat ini menghadapi krisis migran terbesar Eropa sejak 2015. Ada sekitar 12.500 orang di kamp yang terbakar.

Kebakaran di awal pekan di Moria memaksa ribuan orang melarikan diri. Titik berkumpul para migran yang biasa penuh sesak itu kini tinggal rangka baja. Api yang berkobar  membuat konstruksi baja dan tenda-tenda terpal meleleh.

Baca Juga: Asam Lambung Naik Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Ini Alasannya

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut kebakaran tersebut merupakan reaksi keras dari warga yang tak terima dan dibuat frustrasi oleh aturan karantina terkait Covid yang diberlakukan. Termasuk bagi para migran.

Kebakaran susulan sehari setelah insiden pertama menghancurkan apa pun yang tersisa. Polisi diturunkan untuk mencegah para migran mencapai kota utama pulau Mytilene dengan ‘mengurung’ mereka di ladang dan pinggiran jalan sekitar.

Baca Juga: Selama PSBB Jakarta, Laporan Pemakaian Listrik Bisa Melalui WhatsApp ke Nomor Ini

Salah seorang mighran asal Kongo, Valencia memberikan kesaksian. Bertelanjang kaki, bocah delapan tahun itu memberi isyarat pada wartawan Reuters jika dirinya lapar dan meminta biskuit.

"Rumah kami terbakar, sepatuku juga terbakar, kami tidak punya makanan, tidak ada air setetes pun," ujarnya. Bersama ibunya Natzy Malala (30) dan adiknya yang baru lahir, mereka tidur di pinggir jalan. "Tidak ada makanan, tidak ada susu untuk bayiku," ungkap Natzy.

Baca Juga: Berteknologi Tinggi, China Diam-diam Bangun Kota Anti-pandemi dan Tahan Covid-19

Sementara itu, kementerian migrasi Yunani menyatakan akan mengambil semua langkah yang diperlukan guna memastikan keluarga migran yang paling rentan dapat memiliki tempat berlindung.

Meski demikian, kebijakan ini dipastikan bakal mendapat perlawanan keras dari penduduk setempat. Pihak berwenang sebelumnya terlibat perselisihan   mengenai rencana mengganti Moria dengan pusat penerimaan migran.

Baca Juga: Pelaku Usaha Wisata Alam di Bandung Selatan Optimistis Bangkit dari Keterpurukan

Rencana membangun pusat migran ditolak karena dikhawatirkan warga Lesbos akan mengundang  ribuan pencari suaka baru yang menganggapnya sebagai tempat tinggal permanen.

Persoalan ini dibenarkan Costas Moutzouris, gubernur Aegean Utara. “Hingga saat ini tidak ada keputusan,” katanya kepada Reuters.

Sementara itu, seorang pejabat pemerintah yang menolak disebutkan namanya mengatakan, melindungi para migran dan menyelamatkan mereka yang datang dengan kapal bukan solusi utama.

Tindakan penyelamatan menurutnya akan dipersepsi keliru oleh para migran. Pihak berwenang masih menyelidiki apakah kebakaran pada Selasa malam merupakan aksi sengaja menyusul tes Covid-19 yang membuat 35 pengungsi diisolasi.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler