14 Maret 2024, Mengenang 44 Tahun Wafatnya Bung Hatta, Proklamator dan Pahlawan Indonesia

14 Maret 2024, 10:35 WIB
Hingga akhir hayatnya, Bung Hatta tetap aktif mengajar di Universitas Gadjah Mada dan mengisi banyak seminar./Instagram @meutiahatta /

GALAMEDIANEWS – Bersama Ir. Sukarno, Mohammad Hatta atau Bung Hatta menjadi tokoh penting dalam proses upaya kemerdekaan Indonesia.

Hasil usulan dan upaya pembentukan kemerdekaan Indonesia akhirnya dibacakan oleh Ir. Sukarno didampingi Bung Hatta pada 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB dalam Naskah Proklamasi Kemerdekaan 1945 bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta.

Wakil Presiden Republik Indonesia pertama ini lahir di Bukittinggi, dengan nama Mohammad Athar pada 12 Agustus 1902.

Baca Juga: Buka Puasa Tak Boleh Makan Nasi dan Makanan Siap Saji di TransJakarta, Ini Makanan Alternatif yang Disarankan

Mohammad Hatta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Hatta merupakan anak dari Haji Muhammad Jamil, seorang keturunan ulama Tariqat Naqsyabandiyah dan cucu dari Syekh Abdurrahman, seorang ulama besar di surau Batu Hampar, Payakumbuh.

Semasa hidupnya, Bung Hatta aktif dalam pergerakan politik, juga sebagai pemikir yang disegani. Bahkan pemikiran pemikirannya dianggap ancaman bagi dunia.

Bung Hatta juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, jujur dan hidup sederhana. Kepergiannya pada tanggal 14 Maret 44 tahun yang lalu meninggalkan duka mendalam bagi rakyat Indonesia.

Dikutip dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta, Mavis Rose mencatat hari-hari menjelang kepergian Bung Hatta.

Memasuki tahun 1979, kesehatan Bung Hatta menurun drastis. Kedua kakinya sering terasa kaku. Sehingga ayah dari Meutia Hatta, Gemala Hatta dan Halida Hatta ini, terpaksa harus membatasi gerak dan mengurangi aktivitas serta jadwal kunjungannya ke beberapa daerah.

Baca Juga: 7 Menu Gorengan Favorit Cocok Untuk Takjil Buka Puasa dan Bisa Dicoba di Rumah

Namun karena rasa tanggung jawab atas tugas yang harus dituntaskan sebagai Bapak Koperasi, yang dinobatkan padanya di tahun 1971 dalam Kongres Koperasi Indonesia di Bandung, maka pada bulan Juni 1979 Bung Hatta memaksakan diri memberikan pidato pada Kongres Asosiasi Sarjana Ekonomi Indonesia terkait pentingnya koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia.

Pada Kongres yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, didampingi oleh Ekonom Universitas Indonesia yang juga menantunya, Sri Edi Swasono, Bung Hatta menyampaikan pidatonya dengan kondisi yang kurang fit.

Bahkan Bung Hatta tidak menuntaskan membaca pidato yang telah disusunnya. Edi Swasono kemudian membacakan setengah dari teks pidato Bung Hatta yang belum disampaikan hingga akhir.

Pada tanggal 3 Maret 1980 untuk terakhir kalinya Bung Hatta meninggalkan rumah untuk menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pada 13 Maret 1980 kondisi fisik suami Rahmi Rachim itu kian merosot.

Baca Juga: Gratis Vaksin Rabies dan Sterilisasi Kucing Liar di Bandung, Ini Waktu dan Syaratnya

Keesokan harinya, Jumat 14 Maret 1980, pukul 18.56 WIB Bung Hatta menghembuskan nafas terakhirnya didampingi keluarga tercinta.

"Sesuai surat wasiat yang sempat dituliskan sebelumnya, Bung Hatta tidak menginginkan untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, tetapi di tempat pemakaman rakyat biasa jika suatu saat beliau meninggal dunia," ungkap Meutia Hatta.

Jenazah Bung Hatta kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta, disambut dengan upacara kenegaraan yang dipimpin secara langsung oleh Wakil Presiden pada saat itu, Adam Malik.

Pengibaran bendera Merah Putih setengah tiang serentak dilakukan di segenap penjuru Negeri, sebagai penghormatan terakhir kepada Sang Proklamator, Mohammad Hatta yang dicintai segenap rakyat Indonesia.***

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler