"Iya tadi pagi langsung habis, nanti ada kiriman lagi jam 11. Biasanya jam 12 baru mau habis, mungkin karena banyak yang membutuhkan terutama pedagang, jadi mereka antusias," bebernya.
Ani mengungkapkan, tahu yang dijualnya berasal dari Cibuntu dan Lembang, sementara tempe dibelinya dari pengrajin di daerah Tagog, Kota cimahi. Ani menjelaskan kenaikan harga tahu dan tempe bukan terjadi sekali ini saja. Melainkan sudah tiga kali terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Agus Sobur (25), pedagang tahu dan tempe lainnya mengatakan, sejumlah pedagang memutuskan tidak berjualan selama tiga hari kemarin karena harga kedelai tinggi.
"Harganya terus naik, sekarang sudah tembus Rp 15.000 per kilogram. Jadi kami pilih mogok jualan dulu sebagai aksi solidaritas,” katanya.
Baca Juga: Jelang Final IBL 2021: Satria Muda Bidik Gelar ke-10, Pelita Jaya Ingin Catatan Apik
Selama tiga hari tidak jualan, Agus mengaku kehilangan omset yang lumayan. "Ya lumayanlah ga ada pendapatan selama tiga hari. Harapannya harga bisa stabil, dan ukuran juga ngga berubah. Karena kan yang belanja maunya harga tetap, ukuran tetap," katanya.
Hanisah, seorang warga berharap tidak ada lagi aksi demo, dan tidak ada lagi kenaikan harga tahu dan tempe.
"Mudah-mudahan cepat stabil. Jangan ada demo-demo, kasian konsumen terutama yang jualan. Kalau bagi saya naik Rp 1.000 sih wajar ya, asal jangan Rp 50.000 naiknya. Mendingan beli daging aja kalau naiknya segitu mah," ujar warga Jalan Kolonel Masturi ini.***