Karena, kata dia, Covid-19 hanya memiliki dua pilihan, yakni turunkan pandemi atau turunkan presiden.
“Karena bagi Covid, pilihannya cuma dua, turunkan pandemi atau turunkan presiden, kan cuma itu intinya tuh,” sambung dia.
Rocky menjelaskan, turunkan presiden adalah kemarahan publik terhadap kebijakan pemerintah yang tidak mampu mengendalikan Covid-19.
“Turunkan presiden itu adalah kemarahan publik terhadap kebijakan yang tidak mampu untuk mengendalikan penambahan angka kematian,” tuturnya.
Namun, jika tidak mau hal itu terjadi, maka pemerintah harus menurunkan pandemi dengan cara lockdown.
“Atau dengan cara lain, ya turunkan pandemi, bagaimana caranya? Ya lockdown,” tandasnya.
Lebih lanjut, ahli filsuf ini mengatakan bahwa Covid-19 akan selesai dengan kebijakan bukan dengan kalimat-kalimat dari buzzer yang terus menerus membela presiden.
“Covid menunggu kebijakan, bukan ngoceh di media massa soal presiden bekerja,” terangnya.
Dia memprediksi, nantinya pasti Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akan disalahkan atas kondisi ini. Padahal, jika dilihat yang sebenarnya gagal adalah Jokowi.