Menurutnya, angka kematian akibat sengatan nyamuk aedes aegypti itu menyamai jumlah tahun lalu, dimana sepanjang tahun 2020 ada empat pasien meninggal.
Dikatakan Eka, secara tidak langsung Covid-19 menjadi penyebabnya. Pasalnya, virus tersebut membuat orang tua ragu membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Mereka takut anaknya terkena Covid-19.
"Orang tua ragu membawa anaknya, karena takut Covid. Jadi dibawa ke rumah sakit setelah gejalanya memburuk, padahal ternyata DBD. Ada juga yang punya penyakit penyerta," ungkap Eka.
Kasus ini, kata Eka, tentunya harus menjadi pembelajaran bagi semua orang tua. Dimana ketika anak sudah merasakan gejala DBD seperti demam, mual dan sebagainya untuk segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
"Jadi jangan sampai ketika anaknya sudah memburuk baru dibawa ke fasilitas kesehatan. Dari awal harus segera diperiksakan," imbuh Eka.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, lanjut Eka, bukan hanya virus korona yang mesti diwaspadai. Masyarakat tetap diminta waspada terhadap DBD.
Apalagi, Kota Cimahi merupakan daerah endemis DBD, yang artinya selalu ada temuan setiap tahunnya.
"Jadi memang Cimahi ini setiap tahunnya selalu ada kasus DBD, jadi kita endemis," ujarnya.
Untuk mengatisipasi penyebaran DBD, masyarakat tetap harus menjalankan gerakan 1 rumah 1 jumantik, yang bertugas untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumahnya masing-masing.