GALAMEDIA - Baru-baru ini produsen vaksin China Sinopharm bahwa tim peneliti menemukan antibodi penetral yang kuat pada varian Delta.
Penemuan itu disinyalir bisa efektif dalam pencegahan jangka pendek dan pengobatan dini Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta.
Tim yang dipimpin oleh Yang Xiaoming, Ketua Sinopharm China National Biotec Group, anak perusahaan Sinopharm, menemukan antibodi monoklonal yang secara efektif dapat memblokir pengikatan virus corona baru ke enzim pengubah Angiotensin 2.
Baca Juga: Politikus Gencar Sebar Baliho, Ali Syarief: Di Negara lain, Kandidat Presiden Itu Perang Gagasan Program!
Diketahui enzim itu melekat pada membran sel yang terletak di usus, ginjal, testis, kantong empedu, jantung dan antibodi dapat mencegah virus yang menginfeksi sel.
Informasi itu diumumkan secara resmi melalui akun WeChat perusahaan Sinopharm China.
Antibodi monoklonal sebagai obat terapi yang ditargetkan memiliki spesifisitas yang kuat, efikasi yang signifikan dan toksisitas yang rendah.
Dikenal sebagai "rudal biologis", ia telah menunjukkan kemanjuran yang sangat baik dan prospek aplikasi yang luas dalam pengobatan berbagai penyakit.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 3 Hal yang Dapat Menghilangkan Kesusahan Menurut Ahli Hikmah
Melansir Global Times, penerapan antibodi, yang disebut 2B11, juga dapat secara signifikan mengurangi peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus.
Varian Delta menjadi varian utama dalam transmisi global Covid-19 dan juga menjadi varian yang berlaku di China.
Studi terbaru menunjukkan bahwa 2B11 memiliki aktivitas netralisasi yang sangat konsisten terhadap varian Delta menunjukkan bahwa ia memiliki nilai aplikasi yang besar dalam pencegahan jangka pendek dan pengobatan dini Covid-19 yang disebabkan oleh varian ini.
Baca Juga: Ada Kesenjangan Distribusi Vaksin di Negara Kaya dan Miskin, WHO Minta Booster Vaksin Covid-19 Dihentikan
Perusahaan mengatakan aplikasi klinis antibodi 2B11 berjalan tertib dengan harapan dapat digunakan dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 di China sesegera mungkin.
Penelitian ini diharapkan menjadi senjata yang berguna melawan mutasi virus.***