Baca Juga: Unpas Siap Jalankan PTM Terbatas Mulai Pertengahan Oktober, Sidang Akhir Bisa Luring
Ini akan meningkatkan beban pajak pada generasi muda, karena mereka diharuskan membayar perawatan hari tua untuk generasi di atas mereka.
Asalkan populasi tumbuh, maka pendapatan pajak untuk membayar perawatan dapat terpenuhi. Namun jika menyusut, maka setiap generasi muda dipaksa untuk berkontribusi lebih untuk mempertahankan standar perawatan yang sama.
Sepanjang abad ke-20, pertumbuhan penduduk yang cepat didorong oleh munculnya obat-obatan modern, kelimpahan makanan murah, dan manufaktur massal. Semua itu mengurangi biaya hidup tapi dipandang turut menjadi masalah utama penurunan populasi.
Baca Juga: Jadwal Persib Series ke 2 Liga 1 2021-2022, Robert Alberts : Seri ke 2 Akan Super Menarik!
Dan di abad ke-21, para ilmuwan memperingatkan populasi yang mulai menurun dengan cepat seiring konsekuensinya yang 'tak terbayangkan'.
Para peneliti di Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington memperingatkan pada Juli tahun lalu bahwa tingkat kesuburan global berkurang setengahnya dari rata-rata 4,7 anak per wanita pada 1950 menjadi 2,4 anak per wanita pada 2017.
Berdasarkan tren saat ini, rata-rata tadi bisa turun di bawah 2 pada tahun 2050 yang berarti populasi global akan mulai menurun dan bisa di bawah 1,7 pada tahun 2100.
Baca Juga: Kesehatan Tukul Arwana Makin Membaik, Manajer: Bisa Pulang Tapi Nunggu Izin Dokter
Populasi beberapa negara termasuk Jepang, Spanyol, Portugal, Thailand, dan Korea Selatan diprediksi dapat berkurang setengahnya pada awal abad ke-22.
"Saya pikir sangat sulit untuk memikirkan hal ini dan menyadari betapa besarnya hal ini di saat yang sama," kata Profesor Christopher Murray kepada BBC.
"Kita harus mengatur ulang kehidupan masyarakat."***