China Terancam Kehilangan 700 Juta Penduduk, Beijing Ingin Perempuan Lahirkan Tiga Anak Sebelum 2055

- 6 Oktober 2021, 11:13 WIB
Ilustrasi bayi dalam kandungan
Ilustrasi bayi dalam kandungan /Freepik.com/tirachardz/

GALAMEDIA - Populasi China bisa berkurang setengahnya dalam setidaknya empat dekade mendatang. Demikian peringatan peneliti setelah data sensus terbaru menunjukkan tingkat kelahiran turun menjadi 1,3 atau lebih rendah dari perkiraan.

Ini berarti setiap wanita China rata-rata hanya melahirkan 1,3 anak dalam hidup mereka, jauh di bawah rata-rata 2 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil.

Jika tren ini berlanjut, para analis memperingatkan populasi 1,4 miliar penduduk China saat ini dapat berkurang separuhnya atau menjadi sekitar 700 juta jiwa sebelum akhir tahun 2055.

Baca Juga: Tuntutan Tak Kunjung Dipenuhi, Pendukung PSS Sleman Datangi Pemilik Saham Mayoritas ke Jakarta

Selama beberapa dekade, China mencoba membatasi populasi yang berkembang pesat dengan ketat. Setiap pasangan menikah hanya boleh memiliki satu orang anak.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, pekan ini sekarang kebijakan tadi mulai dihentikan.

Beijing mengadopsi kebijakan satu anak pada tahun 1979 setelah populasi Negeri Tirai Bambu meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam tiga dekade, sekaligus menjadi beban sumber daya.

Baca Juga: Rights Issue BBRI dari Foreign Buy Raih Rp29 Triliun, Dirut BRI, Sunarso Ungkap Kiat Suksesnya

Metode pembatasan populasi menyebabkan penurunan kelahiran dengan sangat cepat, namun menyadari konsekuensi terburuknya saat ini kebijakan lama pun dilonggarkan. Tahun 2013 Beijing mengizinkan pasangan dengan satu anak untuk kembali memiliki keturunan.

Kebijakan tersebut selanjutnya kembali dilonggarkan tahun 2015 dengan mengizinkan semua pasangan memiliki dua anak dan  Agustus tahun ini kebijakan lagi-lagi dilonggarkan untuk mengizinkan tiga anak.

Tak itu saja, rencana Beijing membatasi aborsi dengan 'alasan non-medis' juga menandakan meningkatnya kekhawatiran penyusutan tenaga kerja.

Baca Juga: DPRD Kota Bandung Optimis Investasi dan Ekonomi Meningkat dengan Raperda Penanaman Modal

Yang terbaru, makalah penelitian akademisi  Universitas X'ian Jiaotong  mengungkap skala masalah sekaligus peringatan konsekuensi dari  penurunan populasi yang selama ini sangat diremehkan.

Tahun 2019 PBB mencatat penurunan populasi China akan membuatnya kehilangan 100 juta lebih jiwa pada 2065.

Tetapi Profesor Jiang Quanbao kini percaya penurunan akan mencapai 700 juta lebih di akhir tahun 2055.

Baca Juga: Sangat Terbatas! Kode Redeem FF 6 Oktober 2021: Special Weapon, Skin, Ribuan Diamond, Klaim di Sini

Jika tingkat kelahiran turun lebih jauh, maka tingkat penurunannya bisa lebih dramatis. Demikian peringatan dalam makalah penelitian terakhir Quanbao.

Ia menuliskan tingkat kelahiran 1 akan membuat populasi China berkurang setengahnya pada tahun 2029.

“Pihak berwenang China perlu memperhatikan potensi stagnasi pertumbuhan penduduk dan membuat rencana dengan tindakan pencegahan terlebih dahulu,” tulis Quanbao di South China Morning Post.

Baca Juga: Baru 1 Menit Rilis, 30 Kode Redeem FF Rabu 06 Oktober 2021, Klaim Segera!

Penurunan populasi China disebabkan sejumlah faktor, kata Quanbao.
Pertama, China saat ini memiliki lebih banyak orang di atas usia 60 (18%) dibandingkan mereka yang berusia di bawah 17 (17%) dari total populasi.

Itu berarti tingkat kematian kemungkinan akan melebihi tingkat kelahiran untuk tahun-tahun mendatang, kecuali kalangan yang lebih muda mulai memiliki keluarga yang sangat besar.

SCMP juga menunjukkan, ledakan ekonomi China telah membuat biaya hidup keluarga menjadi tidak terjangkau terutama bagi mereka yang menginginkan banyak anak.

Baca Juga: Anies Baswedan Diprotes Usai Serukan Kampanye Anti-Rokok, Musni Umar: Itu untuk Selamatkan Nyawa!

Selain itu, kemajuan pesat China membuat  banyak orang keluar dari kemiskinan berkat opsi pendidikan dan karier yang lebih berkualitas.Namun keduanya menjadi faktor yang turut menurunkan angka kelahiran.

Bukannya memutuskan menikah lebih awal dan memiliki anak, kaum muda di negara maju cenderung menunda kehamilan demi pendidikan dan karier.

Kebijakan satu anak China juga memengaruhi keseimbangan gender.

Anak laki-laki dipandang lebih diinginkan di Cina, sehingga keluarga yang hanya boleh memiliki satu anak seringkali memilih bayi laki-laki. Tak sedikit orangtua yang mengaborsi kehamilan saat mengetahui jenis kelaminnya perempuan.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jawa Barat 6 Oktober 2021: Bandung Waspada Hujan Siang dan Malam Hari

Sementara populasi alami seharusnya memiliki pembagian laki-laki-perempuan yang memenuhi stantar rata-rata, Cina memiliki rata-rata 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.

Fakta ini juga ikut menurunkan angka kelahiran, karena tidak ada cukup pasangan wanita untuk populasi pria China.

Lebih jauh populasi yang menurun dapat menyebabkan masalah ekonomi karena besarnya jumlah  orang yang pensiun dari angkatan kerja saat ini tidak memiliki cukup pengganti.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x