Network
GALAMEDIA – Memiliki wajah mulus tanpa jerawat merupakan keinginan setiap wanita. Karena dengan wajah yang mulus, rasa percaya diri pun akan tercipta.
Namun hal yang menakutkan seperti jerawat terkadang muncul tanpa diduga sebelumnya.
Dengan adanya jerawat pada wajah, tentunya membuat tawa yang ada langsung berubah menjadi duka.
Dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube SKWAD Health pada 30 Desember 2021, dr. Dinda Derdameisya menjelaskan mengenai penyebab jerawat hormonal.
Baca Juga: Alhamdulillah! WADA Cabut Sanksi Indonesia Februari Nanti, Merah Putih Siap Kembali Berkibar
Jerawat merupakan suatu keadaan yang umumnya terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh timbunan keratin, minyak, sel kulit mati, dan infeksi bakteri.
Sehingga menimbulkan beruntusan di kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul, bahkan abses atau kantong nanah yang sedang meradang.
Munculnya jerawat bisa disebabkan oleh banyak hal utamanya disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kulit.
Baca Juga: Netizen Se-RI Murka Soal Aksi 'Gus Arya Tantang Allah Dimana': Astagfirullah, Nangis di Alam Kubur!
4 penyebab utama pori-pori tersumbat, diantaranya:
1. Produksi sebum atau minyak berlebih
2. Kelenjar sebasea terlalu aktif
3. Kolonisasi mikroflora kulit (terjadinya infeksi bakteri)
4. Proses inflamasi atau peradangan
Tetapi selain faktor-faktor umum yang menyebabkan jerawat tersebut, jerawat juga bisa muncul karena fluktuasi hormon, yaitu hormon androgen.
Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Gang Dolly, Lokalisasai Terbesar Se-Asia Tenggara pada Era 1960-an
Androgen adalah hormon yang sering ditemukan pada laki-laki bekerja dengan merangsang pertumbuhan kelenjar sebasea dan meningkatkan produksi sebum.
Jika kadar androgen dalam tubuh tinggi atau diatas normal, maka disinilah jerawat hormonal sering terjadi.
Jerawat hormonal bisa terjadi kapan saja karena perubahan atau naik turunnya dari hormon.
Tetapi jerawat hormonal umumnya terjadi pada hormon yang sedang mengalami fluktuasi yang cukup tinggi.
Misalnya pada saat pubertas, menstruasi, PCOS, dan saat menopause.***
